April lalu, pemerintah memutuskan KKB Papua sebagai kelompok teroris setelah serangan mendadak dan pembunuhan Kepala BIN, hal ini menyebabkan Jokowi tegas menyebut KKB Papua sebagai teroris dan memerintahkan penangkapan KKB Papua.
Meski begitu ada beberapa pemilik UMKM yang merasa tidak senang dengan PON Papua.
Termasuk anggota Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP) dan Komunitas Kopi Papua, yang mengatakan mereka disingkirkan.
"Kami sudah melakukan beberapa pertemuan dengan pelaksana PON tapi tidak ada kemajuan," ujar Meky Wetipo, eksekutif direktur KAPP.
"Kami berharap mereka bisa mempercayai kami untuk menyediakan 3 ton tuna cakalang, beberapa ton wortel dan buah. Tapi semua ini dilakukan oleh badan pemerintah."
Denny Yigibalom, petani kopi dan pemilik merk kopi TIYOM, mengatakan ia telah bertemu dengan DPRD untuk mendiskusikan antara petani kopi dan pelaksana PON, tapi tidak ada tindak lanjut.
Pembuat noken, tas tradisional Papua, mengatakan mereka kecewa tidak masuk dalam penyedia suvenir untuk PON, ujar Cintya Warwe, manajer dari Pasar Perempuan Papua.
"Selama rapat di akhir Agustus dengan para perempuan dari komunitas noken Meepago, para perempuan mengeluh karena pelaksana PON telah berjanji membeli 5000 noken, tapi ini tidak terjadi," ujar Cintya.
Ia mengatakan ia mendengar berita komite PON ingin membeli 25 ribu noken palsu dari luar Papua untuk memento.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
KOMENTAR