Advertorial
Intisari-Online.com -Polisi Papua Barat menetapkan otak dari serangan mematikan pada 2 September oleh kelompok teroris pasukan separatis Papua di pos militer Kisor adalah Silas Ki.
Silas Ki adalah pemimpin Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Kisor.
Kini, namanya masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO) setelah serangan tersebut.
Peran utama Silas Ki dalam serangan mematikan itu dibocorkan oleh dua awaknya yang baru-baru ini tertangkap, seperti dikatakan oleh Kabid Humas Polda Papua Barat Adam Erwindi, mengutip Antara.
Pada 2 September lalu, anggota dari kelompok teroris tidak dikenal telah menyerang beberapa tentara yang tidur di posramil Kisor, sub distrik Aifat Selatan, Distrik Maybrat.
Ada 4 tentara, yaitu Sersan Tingkat 2 Amrosius, Prajurit Dirham, Prajurit Satu Zul Ansari dan Letnan Satu Dirman, tewas dalam serangan tersebut.
Korban lainnya adalah dua tentara lain mengalami luka serius.
Jasad ketiga tentara itu telah ditemukan di posramil, sedangkan jasad satu tentara lain ditemukan di semak-semak tidak jauh dari posramil tersebut.
Gara-gara tragedi tersebut, beberapa penduduk lokal melarikan diri dari rumah mereka atas alasan keamanan.
Menurut Adam Erwindi, Silas Ki dinobatkan menjadi pemimpin KNPB-Kisor pada 19 Desember 2020.
Ia memiliki banyak pengikut di KNPB.
Sebelum insiden mengerikan itu, Silas Ki telah mengepalai dua pertemuan yang ia adakan Juli dan Agustus untuk mendiskusikan masalah terkait pada serangan dadakan yang direncanakan itu.
Kepolisian Papua Barat sebelumnya telah menyebut 19 orang yang dicurigai berkaitan dengan serangan tersebut.
Dua dari orang yang dicurigai telah ditahan, sementara kini pencarian diluncurkan untuk mencari 17 lainnya.
Dua tersangka yang sudah ditahan polisi berinisial MY (20) dan MS (18).
MY adalah penduduk desa Boksu, sedangkan MS adalah penduduk desa Insum, sub-distrik Aifat Selatan, papar Erwindi.
Sedangkan 17 DPO antara lain Silas Ki, Manfred Fatem, Musa Aifat, Setam Kaaf, Titus Sewa, Irian Ki, Alfin Fatem, Agus Kaaf, Melkias Ki, Melkias Same, Amos Ki, Musa Aifat, Moses Aifat, Martinus Aisnak, Yohanes Yaam, Agus Yaam, dan Robi Yaam.
"Dari 17 nama tesebut secara struktur organisasi nama Silas Ki merupakan Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Sektor Kisor ia merupakan pengagas dari kegiataan penyerangan tersebut," kata dia.
Selain Silas Ki, 18 lainnya termasuk 2 pelaku yang sudah ditangkap adalah personel militan anggota KNPB-Kisor dan sekitarnya.
Menanggapi kasus ini, Bupati Maybrat, Bernard Sagrim, menantang pihak yang menuding adanya pelanggaran HAM dalam penegakan hukum para pelaku penyerangan Posramil Kisor.
Menurutnya pihak-pihak itu telah menggoeng isu gelombang pengungsian warga, untuk membuat situasi keamanan Papua Barat semakin ganas.
"Rupanya situasi ini telah dimanfaatkan oleh pihak tertentu, yang menggoreng kejadian tersebut di publik. Bilang mereka itu, Bupati minta mereka datang ke Maybrat," ujar Sagrim kepada sejumlah awak media, Jumat (10/9/2021) dikutip dari surya.co.id.
"Yang bilang melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), bakar rumah warga, Gereja, dan usir warga. Bilang dorang datang, saya siap beli tiket."
Ia mengatakan siap memfasilitasi oknum-oknum itu agar terjun langsung melihat kondisi para pengungsi dan warga Maybrat.
"Saya tantang mereka, dan kami antar hingga ke masing-masing titik untuk menyaksikan langsung, supaya tau," kesal orang nomor satu Maybrat itu.
"Jangan dari luar baru bicara, sebagai orang beragama kita berdosa."
Sebagai orang beragama, kata Sagrim, tidak ada hukum apapun yang membolehkan manusia membunuh sesamanya tanpa salah.
"Apalagi, membantai orang secara sadis seperti di Posramil Kisor," katanya.
Selain itu, terkait persoalan masyarakat yang sedang mengungsi di hutan, pihaknya sejak awal telah memberikan alternatif.
"Kita sudah kasih pilihan, bagi yang masih di rumah jangan keluar. Terus bagi warga di luar harus segera merapat ke pemukiman kerabat terdekat," jelasnya.
Bahkan, Sagrim sudah meminta masyarakat untuk meninggalkan hutan dan kembali ke rumah masing-masing.
"Mereka masih sedang bergerak, karena sejumlah akses seperti jembatan telah diputus (KNPB)," katanya.
Sementara, Sagrim menganggap warga tengah mencari alternatif lain untuk turun.
"Namun, rata-rata masyarakat ini sudah ada di Distrik dan Kampung-kampung tetangga," pungkasnya.
Akibat banyak warga yang mengungsi, kampung di sekitar Kisor kosong.