Namun, Indonesia tidak menyetujui permintaan AS untuk mendarat di tempatnya.
Dengan menolak pendaratan dan pengisian bahan bakar pesawat pengintai AS di Tanah Air, Indonesia menegaskan tidak akan berpihak pada urusan Laut China Selatan.
Indonesia juga dinilai tidak ingin AS mengganggu situasi regional, sebuah sikap yang benar dari kekuatan regional yang sebenarnya.
Namun, hal itu tidak lantas membuat Indonesia terbebas dari dampak konflik Laut China Selatan.
Bahkan disebutkan jika masalah yang sedang terjadi di Laut China Selatan terus berlanjut dan menyebabkan sengketa, hal itu berpotensi mengganggu ketahanan pangan Indonesia.
Mengutip CNN Indonesia, Rabu (29/09/2021), Guru Besar Universitas Jember, Achmad Subagio menjelaskan, hingga saat ini Indonesia masih mengimpor biomassa berupa karbohidrat sebesar 15 juta ton per tahun, yang nyaris setara dengan setengah kebutuhan beras nasional.
Dalam webinar bertema Cadangan Strategis Pangan untuk Kekuatan Pertahanan Indonesia pada Selasa (28/9), Subagio mengatakan, "Itu barang (15 juta ton impor karbohidrat) yang tidak mudah untuk kita dapatkan kalau ada problem di Laut China Selatan, impor kita jadi masalah. Anggaplah masalah hanya 5 juta ton, kita dapat dari mana?"
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR