Intisari-Online.com- Ketegangan di kawasan Laut China Selatan belum mereda.
China yang berseteru dengan aliansi Amerika (Australia, Inggris, dan AS) kini mengintensifkan patroli di Laut China Selatan (LCS).
Bahkan kabarnyakapal milik China, mulai dari kapal coast guard hingga kapal perang, berkeliaran di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif atau ZEE Indonesia, tepatnya di Laut Natuna Utara.
Bahkan kehadiran kapal-kapal China tersebut membuat takut nelayan Indonesia untuk melaut.
Selain itu, baru-baru ini beredar dugaan pembobolan data 10 kementerian dan lembaga negara oleh kelompok hacker China, Mustang Panda.
Para peretas disebutkan menggunakan private ransomware bernama Thanos.
Bahkan peretasan tersebut dikaitkan dengan upaya spionase Tiongkok dalam menghadapi situasi yang menghangat di Laut China Selatan.
Amerika Serikat, Inggris dan Australia baru-baru ini mengumumkan pakta keamanan trilateral untuk kawasan Indo-Pasifik, termasuk penyediaan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia.
Sementara para pemimpin Quad bertemu langsung untuk pertama kalinya di Gedung Putih pada Jumat (31/9/2021).
Quad mencakup AS, Australia, Jepang, dan India, yang dipandang sebagai upaya untuk melawan kebangkitan China, yang telah menjadi semakin keras di kawasan Indo-Pasifik, khususnya di Laut China Selatan yang disengketakan dan di atas Taiwan.
“Ketika China menghadapi ancaman yang meningkat dari Barat, China perlu meningkatkan kemampuan industri militer, penerbangan, dan kedirgantaraannya,” kata Song Zhongping, seorang komentator militer dan mantan instruktur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) pada sektor teknologi rudal.
Militer China akan memamerkan persenjataan dan peralatan tercanggih dalam pertunjukan udara terbesar pekan ini.
Pertunjukan udara terbesar China dibuka di kota selatan Zhuhai pada Selasa (28/9/2021), setelah ditunda selama setahun akibat pandemi Covid-19.
Surat kabar yang dikelola pemerintah Global Times melaporkan akan ada "pertunjukan penerbangan yang mempesona" yang melibatkan J-20, jet tempur paling canggih militer China.
Ada pun pesawat militer canggih lainnya, seperti pesawat perang elektronik J-16D, drone WZ-7, dan drone WZ-8, yang akan dipamerkan secara statis di area pameran luar ruangan untuk pertama kalinya, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Senin (27/9/2021).
Pertunjukan udara terbesar China tersebut dapat menyoroti bagaimana upaya "Negeri Tirai Bambu" meningkatkan teknologi kedirgantaraan dalam negeri, hadir di tengah persaingan strategis yang berkembang di Asia Pasifik.
Lebih dari 100 pesawat China telah terdaftar dalam pertunjukan udara terbesar tersebut untuk memamerkan kekuatan militer dan ambisi luar angkasa, meliputi roket awak generasi berikutnya dan kendaraan peluncuran angkat berat.
Di antara persenjataan yang dipajang, beberapa merupakan produk yang ingin diekspor China, seperti AG600, pesawat amfibi terbesar di dunia, yang dirancang untuk peran pemadam kebakaran dan penyelamatan laut.
Wing Loong II, sebuah drone bersenjata yang mirip dengan MQ-9 Reaper Amerika, telah dijual ke pelanggan termasuk Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Mesir, dan Pakistan, saat China bersaing dengan saingan Barat untuk meningkatkan ekspor militer.
Serangkaian produk drone baru bernama Feihong, termasuk helikopter tak berawak, rudal, dan generasi baru drone siluman, akan memulai debutnya di pameran pertunjukan udara terbesar China tersebut.
“Beijing bermaksud tidak hanya mendorong pesawat militer dan teknologi kedirgantaraan buatan lokal, tetapi juga kemampuannya untuk memenuhi hampir semua kebutuhan militer di luar sana,” kata Kelvin Wong, analis teknologi pertahanan yang berbasis di Singapura di Janes.
(*)