Intisari-Online.com – Seorang anggota Angkatan Bersenjata AS, William Patrick Stuart-Houston, adalah tentara yang dihormati dan disukai.
Saat Perang Dunia Kedua, dia bertugas sebagai apoteker, dan terus melakukan tugasnya hingga dianugerahi penghargaan Purple Heart.
Setelah perang dia pindah ke negara bagian New York, menikahi rekannya Phyllis, membesarkan empat anak, dan menirikan bisnis perawatan kesehatannya yang sukses.
Namun, yang sedikit disadari oleh lingkungan tempat tinggal Stuart-Houston, bahwa tetangga mereka itu, yang akrab dipanggil Bill, adalah keponakan Adolf Hitler.
Benar. William Patrick Stuart-Houston lahir dengan nama William Patrick Hitler.
Tetapi, penting untuk diketahui bahwa keponakan Hitler ini bukanlah mata-mata Nazi.
Pamannya yang lalim tidak merahasiakan keponakannya jauh ke dalam wilayah musuh.
William bertugas dengan jujur dan dengan penghinaan nyata atas tindakan keji saudara laki-laki genosida ayahnya.
Tetapi, bahwa dia diizinkan untuk bertugas di Angkatan Laut AS sangatlah luar biasa.
Inilah kisahnya.
William Hitler lahir di daerah Toxteth di Liverpool pada bulan Maret 1911.
Ibunya berasal dari Irlandia, Bridget, bertemu dengan Alois Hitler Jr dari Austria di Dublin sekitar dua tahun sebelumnya.
Pasangan itu kawin lari ke London, lalu pindah ke flat di 102 Upper Stanhope Street di Liverpool.
‘Willy’ lahir disana.
31 tahun kemudian, serangan udara Jerman di kota itu melenyapkan bangunan tempat tinggal mereka.
Serangan itu, tentu saja, diperintahkan, meski tidak secara langsung, oleh saudara tiri Alois, yaitu Adolf Hitler.
Untunglah, Alois sudah lama pergi saat bom menghujani Inggris.
Dia meninggalkan istri dan anaknya tidak lama setelah kelahiran William, mulai keliling Eropa dari kasino ke kasino dan sarang perjudian lain yang berakhir setelah bertemu wanita lain dan menetap untuk kedua kalinya.
Alois sendiri telah memalsukan kematiannya untuk dapat melakukan poligami itu di Jerman.
Meski tidak seburuk saudaranya, rupanya tetap ada yang tidak beres dalam keluarga itu.
Saat menginjak usia 18 tahun, William memutuskan untuk menghubungi ayahnya dan pergi ke Jerman untuk menghabiskan waktu bersamanya.
Saat itu tahun 1929, dan ketika di sana, ayah dan anak itu pergi menemui Paman Adolf dalam sebuah rapat umum Nazi yang semakin populer.
William muda menghabiskan beberapa waktu bersama paman dan ayahnya sebelum kembali ke Inggris, dan kemudian menulis beberapa artikel yang kurang menguntungkan tentang bintang politik Jerman yang sedang naik daun itu.
Bisa Anda bayangkan, seperti melansir Sky History, tentu hal ini membuat paman fasisnya itu kesal.
Adolf melunak, dan pada tahun 1933, mengatur keponakannya agar mendapatkan pekerjaan yang cukup membosankan di Reichskreditbank di Berlin.
Sebagai seorang oportunis yang ingin mengeksploitasi posisi pamannya sebagai Kanselir Jerman, William selalu berusaha agar pekerjaannya dibayar lebih baik dan lebih berkuasa.
Sementara Adolf Hitler berhati-hati agar tidak terlihat memanjakan keponakannya itu, dia tidak ingin dituduh nepotisme.
Hitler bahkan menyebut William sebagai ‘keponakanku yang menjijikkan’.
William bahkan dengan berani mencoba mempersenjatai Hitler agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan melakukan pemerasan antar-keluarga.
Meskipun mengancam akan menyebarkan kebohongan bahwa Hitler memiliki darah Yahudi, William melarikan diri dari Jerman dan akhirnya menetap di Amerika Serikat, tepat sebelum pecahnya perang.
Bisa dimengerti bahwa Angkatan Darat Inggris sedikit skeptis terhadap kesetiaannya dan karenanya menolak masuk ke Angkatan Darat.
Angkatan Bersenjata AS memiliki pendekatan yang sama untuk memulai.
Setelah memberikan tur kuliah di seluruh Amerika sebagai tamu baron media William Randolph Hearst, William Hitler kembali memutuskan untuk mencoba mendaftar dan berperang dalam perang melawan pamannya.
Anda bayangkan, dia memiliki tanggung jawab pribadi, mengetahui bahwa ujung tombak Nazi yang menyerbu Eropa, membunuh jutaan orang, adalah darah dagingnya sendiri.
Sekali lagi, dia ditolak. Semua harus maklum. Ini akan menjadi pilihan yang berisiko.
William tidak menyerah. Dia terus berusaha dan akhirnya melihat aksi pertempuran Sekutu.
Dia menulis surat langung ke Presiden Roosevelt, menjelaskan alasannya pindah ke Amerika dari Inggris.
'Orang Inggris adalah orang-orang picik dan meskipun mereka baik dan sopan, menurut saya, benar atau salah, mereka dalam jangka panjang tidak dapat terlalu ramah atau bersimpati terhadap seseorang yang memakai nama saya.'
Tidak sampai tahun 1944, dia melihat aksi di Perang Dunia Kedua.
Meskipun dia menjabat selama tiga tahun sebagai korps rumah sakit di Angkatan Laut, dia tidak disembunyikan untuk menggantikan tentara lain selama tahun terakhir perang.
Pada suatu saat dia terlibat dalam sebuah insiden yang membuatnya terkena pecahan peluru di kakinya, luka inilah yang membuatnya diberikan penghargaan Purple Heart.
Hari pertama dalam kebaktian dihiasi William dengan lelucon yang dimainkannya bersama teman-temannya selama sisa hidupnya.
Pernah seorang petugas menanyakan namanya, “Hitler,” jawabnya.
Petugas itu memiringkan kepalanya padanya dan mengerutkan alisnya sambil berkata, “Senang bertemu denganmu, Hitler. Saya Hess.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari