Intisari-Online.com - Kasus virus corona di Indonesia memang sudah menurun tajam.
Dibanding sebelumnya yang sempat 50.000 kasus per hari, kini rata-rata kasus virus corona di Indonesia hanya 3.000 kasus.
Hal itu membuat WHO dan UNICEF mendesak agar Indonesia segera menggelar sekolah tatap muka.
Alasannya beragam.
Pertama, UNICEF menyoroti banyak anak-anak yang sulit mendapatkan internet.
Fakta itu didapatkan setelah melakukan survei pada kuartal 2020 di 34 provinsi dan 247 kabupaten.
Hasilnya lebih dari setengah (57,3 persen) mengamao kendala internet.
Kedua, sekitar seperempat orangtua menyebut mereka kekurangan waktu dan kapasitas untuk mendukung anak-anak melakukan sekolah daring.
Sehingga khawatir anak-anak mereka ketinggalan pembelajaran.
Oleh karenanya, WHO merekomendasikan agar sekolah tetap dibuka kembali.
Rekomendasi tersebut keluar setelah selama 18 bulan sekolah di Indonesia memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Meski begitu, WHO meminta pemerintah Indonesia harus berhati-hati. Mengingat penularan varian delta masih sangat tinggi.
Siswa tetap harus memakai masker dan menjaga jarak fisik setidaknya satu meter.
Dan jangan lupa mencuci tangan dengan sabun secara teratur.
Terakhir, WHO meminta sekolah menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.
Sebab penutupan sekolah berdampak tidak hanya pada pembelajaran para siswa.
Tapi juga pada kesehatan dan kesejahteraan di tahap perkembangan kritis anak yang dapat menimbulkan efek jangka panjang.
Ada juga risiko eksploitasi tambahan termasuk kekerasan fisik, emosional dan seksual jika anak-anak tidak bersekolah.
Jadi, akankah pemerintah Indonesia membuka kembali sekolah?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR