Advertorial

Pemeran Soeharto dalam Film G30S/PKI, Inilah Amoroso Katamsi yang Sempat Lakukan Observasi dengan Soeharto sebelum Pembuatan Film

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Film berjudul Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI yang disutradai oleh Arifin C. Noer merupakan salah satu film tentang tragedi 30 September 1965.

Bahkan, film ini disebut sebagai film propaganda ala rezim Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto.

Selama 13 tahun kepemimpinan Soeharto, film tersebut terus ditayangkan tiap menjelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Sampai saat ini, film berjudul Penumpasan G30S PKI atau lazim dikenal sebagai Pengkhianatan G30S PKI itu pun masih menjadi kontroversi.

Baca Juga: Mengenal Jenderal Ahmad Yani, Salah Satu Pahlawan Revolusi G30S PKI, Gugur Diberondong 7 Peluru

Terlepas dari kontroversinya, film ini berhasil memecahkan rekor penonton DKI pada tahun 1984.

Dalam pembuatannyam film ini menghabiskan anggaran sebesar Rp 800 juta.

Selain itu, pengerjaannya memerlukan waktu dua tahun, dengan pemilihan aktor yang tak sembarangan.

Amoroso Katamsi, merupakan salah satu sosok yang terpilih menjadi tokoh dalam film ini.

Baca Juga: Dimulai Rabu Kliwon Diakhiri Kamis Wage, Ini Kalender Jawa September 2021

Ia memerankan Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S/PKI karya Arifin C. Noer ini.

Amoroso Katamsi ternyata merupakan seorang perwira TNI berpangkat Laksamana Pertama TNI (Purn.)

Amoroso Katamsi lahir di Batavia (Hindia Belanda) pada 21 Oktober 1938 dan meninggal di Jakarta pada 17 April 2018.

Melalui film G30S/PKI ia dikenal luas, hingga pernah menjadi ketua PARFI.

Baca Juga: Agar Bisa Terus Merasa Muda di Usia 40-an, Ubah Dulu Gaya Hidup Tidak Sehat Ini Mulai Sekarang!

Masa kecil hingga remaja, sudah ia habiskan dengan menari, bersandiwara dan menyanyi.

Sahabatnya, Kris Biantoro mengajaknya bermain band, dan ia menjadi vokalisnya.

Tetapi, saat ia masih duduk di bangku SMP, neneknya meninggal akibat operasi yang dilakukan gagal. Ia terpukul, lalu ia bertekad menjadi dokter.

Selepas lulus SMA, ia ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Baca Juga: Kisah Wanita Paling Berani di Amerika, Seorang Diri Selamatkan Banyak Nyawa yang Nyaris Mati Tenggelam di Laut yang Ganas

Rupanya kuliah di jurusan Kedokteran tak membuatnya lepas dari dunia seni. Di Yogyakarta, ia sering ikut sandiwara radio RRI Yogyakarta.

Sembari kuliah, ia tak meninggalkan kegemarannya berdeklamasi.

Bahkan, dalam sebuah lomba deklamasi dimana W.S. Rendra menjadi jurinya, Rendra tertarik dengan penampilannya dan mengajaknya bermain drama bersama kelompok Studi Drama Jogja, dan di grup inilah ia bertemu dengan Arifin C. Noer.

Ia menikah dengan Pranawengrum, seorang penyanyi seriosa yang ditemuinya dalam sebuah perjalanan kereta api dari Banyuwangi, Jawa Timur menuju acara Pekan Kesenian Mahasiswa di Denpasar, Bali.

Baca Juga: Kontras dengan Australia yang Menggebu Ingin Miliki Kapal Selam Nuklir, Perdana Menteri Cantik yang Dulu Siarkan Adzan di Negaranya Ini Menentang Keras Kapal Selam Nuklir Masuki Perairan Negaranya

Tiga bulan setelah pernikahan, ia melayangkan permohonan beasiswa ke berbagai instansi.

Angkatan Laut Republik Indonesia memberikan jawaban pertama, maka diterima dan diangkatlah ia menjadi perwira berpangkat Letnan, statusnya perwira tugas belajar hingga lulus sebagai dokter.

Sempat menjadi dokter di Cilacap, Jawa Tengah, setelah menetap di Jakarta, ia bertemu lagi dengan Arifin C. Noer.

Karena aktif di atas panggung teater bersama kelompok Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer dan tampil di layar lebar sejak bemain dalam film Menanti Kelahiran (1976), ia dikenal secara luas sebagai seorang perwira militer yang aktif berteater.

Baca Juga: China Tambah Murka, AS Lakukan Hal Ini di Selat Taiwan Tak Lama Setelah Perjanjian Kapal Selam Nuklir AUKUS Diumumkan

Saat Arifin C. Noer membuat film Pengkhianatan G30S/PKI, ia pun terpilih memerankan tokoh Soeharto.

Ia tak main-main dalam memerankan tokoh tersebut.

Dalam mempersiapkan diri, ia pun berkesempatan sehari bersama Soeharto di peternakan Tapos, Bogor, Jawa Barat.

Observasi dilakukan sedetail mungkin agar bisa memerankan Soeharto sebaik-baiknya.

Baca Juga: Viral Gaji Anggota DPR yang Dibeberkan Krisdayanti, Mari Bandingkan dengan Ongkos Nyalegnya yang Terhitung 'Kecil' untuk Maju ke Senayan, Ini Rahasia Krisdayanti Tak Hamburkan Uang Saat Nyaleg

Kerja kerasnya tak mengkhianati. Amoroso dua kali masuk nominasi FFI, sebagai aktor utama dalam Serangan Fajar (1981) pada Festival Film Indonesia 1982, dan sebagai aktor utama dalam Pengkhianatan G30S/PKI (1983) pada Festival Film Indonesia 1984.

Dia pun diangkat menjadi direktur Perusahaan Film Negara pada tahun 1990 oleh Presiden Soeharto.

Jabatan tersebut diembannya selama delapan tahun dengan kerja keras dan tegas untuk menyehatkan perusahaan.

Amoroso juga pernah menjadi Sekretaris Dewan Juri Film Cerita pada Festival Film Indonesia 1990 sampai dengan tahun Festival Film Indonesia 1992, menjadi Ketua Dewan Juri Sinetron Cerita pada Festival Sinetron Indonesia 1995.

Baca Juga: Coba Saja Konsumsi Jus Wortel dan Jahe, Manfaatnya Bisa Mengurangi Risiko Penyakit Mematikan Ini

Pensiun dari Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Pertama, ia tidak pernah kehilangan kesibukan.

Di ranah pendidikan, ia dipercaya menjadi Pembantu Rektor Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Islam As-Syafiiyah.

Di ranah kedokteran ia ditunjuk sebuah rumah sakit di Cilacap, Jawa Tengah, dan membuat grup teater yang latihannya Subuh karena malam hari buka praktek dokter.

Juga sempat menjadi pengurus teras Gerakan Kwartir Nasional Pramuka.

Baca Juga: Ibu-ibu Se-Indonesia Wajib Tahu, Coba Bersihkan Gorden dengan Campuran Penyedap Rasa dan Deterjen, Tak Perlu Beli Baru!

Setelah merasa kehilangan kesibukan dengan berakhirnya tugasnya di ke-Pramuka-an, waktunya kemudian diisi dengan sesekali syuting sinetron.

Selain itu, seminggu sekali mengajar di Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan – Institut Kesenian Jakarta.

Beberapa sinentron yang pernah dibintanginya, yaitu Si Doel Anak Sekolahan (1997), Hidayah (2005), Di Atas Sajadah Cinta (2006), Hingga Akhir Waktu (2008), Anak Durhaka (2015), Tukang Bubur Naik Haji (2013), Orang-Orang Kampung Duku (2017), dan Tuhan Beri Kami Cinta (2017).

Amoroso mengembuskan napas terakhir pada Selasa (17/4/2018), setelah sempat dirawat di rumah sakit.

Baca Juga: Dirikan Organisasi yang Jadi Cikal Bakal PKI, Inilah Henk Sneevliet dan Kisah Kedatangannya ke Nusantara

(*)

Artikel Terkait