Intisari-online.com - Belakangan China dituduh berniat mengambil alih pangkalan militer Amerika di Afghanistan.
Kabar itu berhembus pada Selasa (7/9/21), mengatakan bahwa China akan mengambil alih pangkalan udara Bagram, setelah Taliban berkuasa.
Bagram adalah pangkalan militer AS terbesar di Afghanistan, dan sekarang dikendalikan Taliban.
Namun, kabar tersebut sempat dibantah langsung oleh pihak China dengan mengatakan bahwa kabar itu tidak benar.
Beijing tidak memiliki rencana untuk bernegosiasi dengan Taliban mentransfer hak untuk menggunakan pangkalan udara Bagram untuk operasi militer.
Hal itu diungkapkan Cina melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan Wang Wenbin.
"Saya dapat memberi tahu semua orang bahwa itu adalah informasi yang sepenuhnya salah," kata Wang Wenbin, menurut SCMP.
Namun, meski menepis rumor itu tampaknya barat memperingatkan untuk berhati-hati dengan China.
Nikki Haley, mantan Duta Besar AS untuk PBB, memperingatkan pemerintah AS tentang perlunya mengawasi China, setelah pasukan AS menarik diri dari Afghanistan.
"Kita perlu mengawasi China, karena saya pikir kita akan melihat China bergerak di Pangkalan Udara Bagram," kata Haley kepada Fox News pekan lalu.
"China akan berusaha untuk memberikan pengaruh di Afghanistan, membujuk Pakistan untuk berurusan dengan India," katanya.
Pangkalan Udara Bagram terletak di provinsi Parwan, sekitar 45 km sebelah utara Kabul.
Landasan pacu 3.000 meter pertama muncul pada tahun 1976, dibangun oleh pemerintah Afghanistan dengan dukungan AS.
Pangkalan Bagram dibangun oleh Uni Soviet pada tahun 1979, setelah intervensi militer di negara ini.
Setelah menggulingkan Taliban dalam intervensi militer pada tahun 2001, AS mengambil alih dan mengubah Bagram menjadi pangkalan militer terbesar, pusat kekuatan AS di Afghanistan.
Militer AS menyerahkan pangkalan itu kepada tentara Afghanistan pada 2 Juli 2021.
Selama 44 hari kemudian, pangkalan itu jatuh ke tangan Taliban.
China telah menyatakan keinginannya untuk Afghanistan yang stabil di bawah Taliban, yang bukan tempat berkembang biaknya terorisme, terutama kelompok teroris anti-Cina di Xinjiang.
Pada 9 September, Kementerian Luar Negeri China tidak menanggapi laporan bahwa China adalah salah satu dari enam negara yang diundang ke acara Taliban untuk mengumumkan pemerintahan baru.
"Kami selalu menghormati kemerdekaan Afghanistan, kedaulatan dan integritas teritorial, dan mendukung rakyat Afghanistan untuk menemukan jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi negara," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbinmengatakan.
"Kami selalu mendukung pemerintahan yang terbuka, harmonis, dan representatif di Afghanistan, mengikuti kebijakan dalam dan luar negeri yang damai, stabil, dan menjalin hubungan persahabatan dengan semua negara, terutama negara tetangga," katanya.
"Kami dengan tegas menentang segala bentuk terorisme dan menjalin hubungan persahabatan dengan semua negara, terutama negara tetangga," tambah Wang.