Kisah John Wayne Gacy: Siang Hari Jadi 'Pogo si Badut' yang Menghibur Anak-anak, Pada Malam Hari Membunuh Puluhan Remaja Laki-laki Demi 'Sensasi Klimaks'

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

John Wayne Gacy
John Wayne Gacy

Intisari-Online.com - Ini cerita tentang pria kejam bernama John Wayne Gacy.

Dia dikenal sebagai Si Badut Pembunuh.

Di siang hari, John Wayne bekerja sebagai relawan badut penghibur untuk anak-anak dalam pesta ulang tahun dan di rumah sakit.

Pada malam harinya, diam-diam dia menyodomi hingga membunuh 33 remaja laki-laki.

Baca Juga: Kisah Saudara Sekandung yang Ikut Berjuang Selama Perang Dunia Pertama, Ada yang Harus Lakukan Ini Agar Bisa Ikut Membela Negara, Selamatkah Mereka dari Perang Ini?

Kejadiannya antara 1972 hingga 1978.

Pada 10 Mei 1994, Gacy dieksekusi dengan suntikan mematikan.

Kehidupan Gacy

Pada usia 18 tahun Gacy masih tinggal bersama orangtuanya dengan terlibat dalam beberapa kegiatan, yaitu dalam kelompok Partai Demokrat dan bekerja menjadi asisten kantor polisi.

Saat itu, ia menikmati perhatian positif yang diberikan orang-orang di luar lingkungan rumahnya dan ia menganggap itu pencapaian besarnya.

Namun, ayahnya dengan cepat memadamkan kebahagiannya.

Baca Juga: Kisah Neerja Bhanot, Pramugari yang Korbankan Nyawanya Demi Lindungi Ratusan Penumpang dari Pembajak Pesawat Bersenjata

Bertahun-tahun dilecehkan ayahnya, ia merasa lelah, dan setelah dilarang menggunakan mobil sendiri oleh ayahnya, akhirnya ia memutuskan keluar dari rumah untuk pindah ke Las Vegas, Nevada.

Titik balik

Di Las Vegas, Gacy bekerja untuk layanan ambulans, lalu dipindahkan sebagai petugas kamar mayat, di mana ia sering menghabiskan malam sendirian dan tidur di depan ruang pembalseman.

Pada malam terakhir Gacy bekerja di sana, dia tanpa sadar masuk ke peti mati dan membelai mayat seorang remaja laki-laki.

Setelah itu, ia bingung kenapa ia terangsang secara seksual dengan mayat laki-laki.

Baca Juga: Kisah Pembunuhan Presiden William McKinley di Depan Umum Inilah yang Sebabkan Terbentuknya Dinas Rahasia AS untuk Lindungi Jabatan Tertinggi Negara

Ia memutuskan untuk pulang ke rumah, melupakan pengalaman itu.

Pulang ke Chicago, dia diterima di Northwestern Business College dan lulus pada 1963.

Dia kemudian mengambil posisi trainee manajemen di Perusahaan Sepatu Nunn-Bush dan dengan cepat dipindahkan ke Springfield, Illinois, di mana dia dipromosikan ke posisi manajemen.

Di sana Gacy mulai berpacaran dengan Marlynn Meyers dan 9 bulan kemudian mereka menikah pada 1964.

Selama tahun pertamanya di Springfield, ia semakin mendapatkan perhatian positif dari komunitas Jaycee.

Baca Juga: ‘Anda Dengar Jeritan Itu? Saya Harus Bantu Mereka’, Kisah Heroik Rick Rescorla, Veteran Perang Vietnam yang Selamatkan Ribuan Nyawa, Sempat Ramalkan Serangan Teroris Akan Terjadi pada Menara Kembar

Pada 1965, ia diangkat sebagai wakil presiden divisi Springfield Jaycee dan kemudian pada tahun yang sama ia diakui sebagai Jaycee "paling menonjol ketiga" di negara bagian Illinois.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Gacy merasa percaya diri dan penuh harga diri, sudah menikah, memiliki pekerjaan, bereputasi baik, telah meyakinkan orang-orang bahwa dia adalah seorang pemimpin.

Satu hal kemudian mengancam kesuksesannya adalah meningkatnya kebutuhannya untuk terlibat secara seksual dengan remaja laki-laki muda.

Sisi gelap

John Wayne Gacy
John Wayne Gacy

Gacy pindah dari Springfield ke Waterloo, Iowa, dan ia segera bergabung dengan Waterloo Jaycees.

Pada 1967, ia menerima pengakuan sebagai "Wakil Presiden Luar Biasa" dari Waterloo Jaycees dan mendapatkan kursi di Dewan Direksi.

Namun tidak seperti di Springfield, Waterloo Jaycees memiliki sisi gelap yang melibatkan penggunaan narkoba, pelacur, dan pornografi.

Gacy dengan cepat pula berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Baca Juga: Berhasil Membuat Jepang Lebih Makmur Daripada Para Penjajah Barat, Nyatanya Restorasi Meiji Tidak Akan Berhasil Tanpa 'Bapak Kapitalis Jepang' yang Berhasil Membangun Ekonomi Jepang Hingga Sekarang

Gacy juga mulai mewujudkan keinginannya untuk berhubungan seks dengan remaja laki-laki, yang banyak di antaranya bekerja di restoran ayam goreng yang dikelolanya.

Dia mengubah ruang bawah tanah tempat itu menjadi tempat nongkrong sebagai cara untuk menarik remaja laki-laki.

Ia menyediakan alkohol dan pornografi.

Saat para remaja laki-laki itu mabuk berat, Gacy memanfaatkan situasi untuk mencabulinya.

Sementara, istrinya di rumah tengah sibuk mengurus 2 anak mereka.

Gacy menggambarkan hidupnya pada titik itu hampir sempurna, karena ayahnya akhirnya mengakui kesuksesannya.

Penangkapan Pertama

Setelah berada di atas angin, pada Maret 1968, Gacy dilaporkan kepolisi oleh orang tua dari remaja laki-laki, bernama Donald Voorhees (15 tahun) yang telah dicabulinya.

Korban lainnya menyusul membuat laporan.

Gacy ditangkap dan didakwa dengan tindak sodomi terhadap anak berusia 15 tahun dan percobaan penyerangan terhadap anak laki-laki lainnya, tuduhan itu ia bantah keras.

Namun ia akhirnya mengaku, setelah ketahuan membayar orang untuk mengancam Voorhees untuk tidak datang ke pengadilan.

Ia dipenjara 10 tahun atas kasus sodomi.

Baca Juga: Tak Mau Gosong Karena Sinar Matahari? Inilah Kisah Tabir Surya yang Digunakan Sepanjang Zaman, dari Campuran Dedak Padi Hingga Minyak Zaitun

Di penjara ia bersikap baik, dengan memperoleh gelar sekolah menengahnya dan mengambil posisinya sebagai kepala juru masak.

Pada Oktober 1971, 2 tahun setelah dipenjara, ia dibebaskan dengan masa percobaan 12 bulan.

Namun, ia kembali beraksi di Chicago.

Pada Februari 1971, ia menangkap remaja laki-laki dan mencoba memperkosanya.

Pembunuhan pertama

Pada 2 Januari 1972, Gacy bertemu korban pembunuhan pertamanya, Timothy Jack McCoy (16 tahun) saat ia menunggu bus yang datang esok hari.

Gacy menawarkan menginap di rumahnya.

Paginya McCoy membantu menyiapkan sarapan dan membawanya ke kamar Gacy dengan masih memegang pisau.

Gacy mengira McCoy akan menyerangnya, maka dengan sigap Gacy membunuh dan berhubungan seksual dengan mayatnya.

Hal itu membuatnya ketagihan karena ia mengaku merasakan sensasi seksual yang tinggi.

Untuk menutupi jejak, mayat itu ia kubur di bawah rumahnya.

Kemudian, ia bersiasat dengan bekerja di bidang konstruksi dan membuka lowongan kerja untuk para remaja laki-laki yang dapat dibayar murah.

Baca Juga: Pesawat yang Fantastis! Kisah Heroik Pilot Wanita Terbaik yang Bawa Pulang ‘Babi Hutan’ A-10 dalam Keadaan Rusak Berat, Berhasilkah Dia?

Mayat yang menumpuk di rumahnya membuat bau busuk semakin menyengat hingga tetangganya meminta Gacy untuk menghilangkan bau itu yang tidak diketahui tetangganya dari mana asalnya.Pogo si badut

Gacy memainkan identitas ganda, di mana ia melancarkan aksinya pada malam hari sebagai penjahat kelamin dan pembunuh, pada siang hari ia berusaha menjadi relawan di lingkungan rumahnya.

Ia menjalin hubungan dekat dengan para tetangganya, berwajah ramah.

Ia sering juga menggunakan kostum Pogo si Badut untuk menghibur anak-anak di pesta ulang tahun dan di rumah sakit anak.

Orang-orang menyukai John Wayne Gacy pada siang hari, sebagai pemilik bisnis yang sukses dan orang yang berbuat baik di komunitas.

Namun, banyak yang tidak tahu identiasnya pada malam hari, kecuali para korbannya.

Dia adalah seorang pembunuh sadis yang berkeliaran.

Pengawasan 24 jam

John Wayne Gacy
John Wayne Gacy

Pada 11 Desember 1978, di Des Moines, Robert Piest yang berusia 15 tahun hilang setelah meninggalkan pekerjaannya di apotek.

Sebelumnya, Piest memberitahu ibu dan rekan kerjanya bahwa dia akan melakukan wawancara dengan kontraktor konstruksi untuk penempatan pada musim panas mendatang.

Namun, ia menghilang tidak kembali ke rumah. Orangtuanya melapor polisi.

Baca Juga: Hari Ini 167 Tahun yang Lalu, Kisah John Snow, Pendiri Epidemiologi Modern yang Digunakan Hingga Kini, Ungkap Misteri Wabah Kolera di London, Apa yang Jadi Penyebabnya?

Pemilik apotek mengatakan kepada penyidik bahwa kontraktor tersebut adalah John Gacy.

Gacy dihubungi oleh polisi, dia mengaku berada di apotek pada malam bocah itu menghilang.

Pada 13 Desember 1978, surat perintah untuk menggeledah rumah Gacy.

Barang bukti yang dapat dikumpulkan antara lain cincin SMA angkatan 1975 berinisial JAS, borgol, narkoba, SIM, pornografi anak, lencana polisi, senjata api dan amunisi, pisau lipat, sepotong karpet bernoda, sampel rambut dari mobil Gacy, kuitansi toko, serta beberapa item pakaian bergaya remaja dalam ukuran yang tidak sesuai dengan Gacy.

Penyelidik juga turun ke ruang merangkak, di mana di situlah Gacy menguburkan korban-korbannya.

Polisi pun menemukan jumlah korban Gacy mencapai 45sejak 1974.

(*)

Artikel Terkait