"Inggris tampaknya tidak lagi peduli dengan tingkat infeksi yang tinggi. Tampaknya Inggris menerima ini bahwa ini adalah harga kebebasan," kata pakar Tim Spector dari King's College London.
Menurut para ahli, bagian dari "ketenangan" ini mungkin berasal dari fakta bahwa tingkat infeksi Inggris lebih rendah dari prediksi awal.
Meskipun tinggi, tidak signifikan dibandingkan dengan tingkat yang diprediksi oleh pejabat pemerintah negara itu ketika mereka membuka kembali negaranya.
Bagian lain bisa berasal dari tingkat vaksinasi yang tinggi sementara jumlah rawat inap di rumah sakit menurun.
Kelelahan setelah 17 bulan lockdown ketat juga bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.
"Ada perasaan bahwa kita akhirnya bisa bernapas lega, kita bisa mulai kembali ke kehidupan lama kita," kata pakar Devi Sridhar dari University of Edinburgh (UK).
"Sangat sulit untuk meminta orang tinggal di dalam rumah untuk waktu yang lama, terutama jika tidak. Ada solusi konkret," imbuhnya.
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR