Intisari-Online.com – Selama 45 hari, Kapal MV Sinar Kudus beserta 20 anak buah kapal asal Indonesia disandera oleh perompak Somalia, mulai 16 Maret hingga 1 Mei 2011.
Ketika itu, pemerintah menegaskan ingin membebaskan warga negara yang disandera oleh perompak Somalia secepat mungkin, namun merasa perlu berhati-hati untuk menyelamatkan para sandera.
Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, ketika itu, menegaskan bahwa Presiden sangat perhatian soal ini, untuk menyelamatkan, dan membebaskan sandera, namun harus memilih opsi yang paling memungkinkan untuk menyelamatkan mereka.
Melansir dari kompas.com (14/4/2011), kapal MV Sinar Kudus dengan 20 awak berkewarganegaraan Indonesia dibajak di perairan Somalia pada 16 Maret 2011.
Kapal yang dioperasikan oleh PT Samudera Indonesia itu dibajak ketika tengah berlayar dari Pomalaa, Sulawesi Tenggara, menuju Rotterdam, Belanda.
Kapal tersebut membawa muatan bijih nikel senilai Rp1,5 triliun.
Para perompak yang membajak kapal itu dikabarkan meminta tebusan sekitar Rp27 miliar.
Menurut Djoko, terjalin komunikasi yang intens antara kelompok perompak dan pemilik kapal, sementara pemilik kapal juga melakukan koordinasi dengan pemerintah.
Apa yang dikomunikasikan adalah mekanisme berkaitan dengan apa yang mereka minta, dan ini harus dibicarakan untuk mematangkan.
Namun, Djoko juga menegaskan bahwa ada hal-hal terkait upaya pembebasan para awak kapal yang tidak bisa diungkapkan kepada publik.
Menurutnya, Presiden SBY , ketika itu, sudah menyampaikan hal tersebut, dan media dalam hal ini perlu ikut membantu.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa juga menjelaskan, bahwa berbagai opsi yang ada di hadapan pemerintah tidak hanya direncanakan, tetapi juga sudah ada yang dijalankan.
Dia meminta agar diberikan ruang kepada pemerintah untuk bekerja agar bisa segera memastikan pembebasan awak kapal.
Ketika itu Indonesia memang belum bergabung dengan operasi internasional untuk memberantas bajak laut di perairan Somalia, meski PBB sudah berulang kali menyerukan kepada setiap negara yang memiliki kemampuan angkatan laut untuk bergabung.
Dua negara ASEAN, yaitu Malaysia dan Singapura, tahun 2010 telah bergabung dengan China, India, Jepang, Iran, Rusia, Yaman, Arab Saudi, Korea Selatan, dan negara-negara anggota NATO dalam operasi gabungan di kawasan perairan Teluk Aden.
Angkatan Laut Singapura menempatkan satu kapal perang dan satuan khusus komando yang didukung sejumlah helikopter, sementara Malaysia menempatkan kapal patroli maritim.
Pasukan Malaysia bahkan berhasil menggagalkan satu aksi pembajakan dan menangkap tujuh perompak dalam operasi komando pada Januari 2011.
Terkait pembebasan sandera, koordinasi juga dilakukan oleh KBRI Nairobi di Kenya, karena negara ini berbatasan langsung dengan Somalia.
“Kita punya pasukan khusus, dan itu harus digunakan.”
Kronologi pembebasan sandera
Dan setelah ditawan selama 45 hari, akhirnya Kapal MV Sinar Kudus, beserta 20 anak buah kapal asal Indonesia berhasil diselamatkan pada 1 Mei 2011.
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, pada Senin (2/5/2011), memaparkan jalan panjang yang ditempuh Pemerintah Indonesia dalam membebaskan kapal yang dibajak perompak Somalia sejak 16 Maret 2011 itu.
Berikut ini adalah kronologi pembebasan sandera dari perompak Somalia:
16 Maret 2011 MV Kapal Sinar Kudus beserta 20 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia disandera perompak Somalia di Perairan Teluk Aden.
17 Maret 2011 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden SBY) menerima laporan mengenai pembajakan tersebut.
18 Maret 2011 Presiden SBY memberikan pengarahan terhadap operasi militer penyelamatan MV Sinar Kudus dan 20 ABK kepada Menko Polhukam Djoko Suyanto.
Ketika itu, Menko Polhukam menggelar rapat khusus bidang politik, hukum, dan keamanan.
Rapat tersebut membahas alternatif upaya penyelamatan Kapal MV Sinar Kudus, yang hasilnya memutuskan akan dilakukan pembebasan kapal dengan operasi militer khusus.
Diputuskan pula, pemerintah akan mengirim satu helikopter, dua kapal fregat, KRI Abdul Halim Perdanakusumah dan KRI Yos Sudarso, serta pasukan khusus.
19 Maret 2011 Presiden menyetujui pengiriman satu helikopter, pasukan penyelamat yang terdiri dari Marinir, Kopassus, Kopaska, dan Kostrad.
20 Maret 2011 TNI melakukan persiapan pasukan.
21 Maret 2011 Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono melakukan pemaparan operasi.
Setelah itu, Presiden memutuskan bahwa tim penyelamat diberangkatkan dari Jakarta menuju Kolombo.
23 Maret 2011 2 KRI dan helikopter bertolak dari Jakarta.
29 Maret 2011 Tim penyelamat tiba di Kolombo. Pasukan melakukan pengisian bekal ulang.
30 Maret 2011 Tim penyelamat berangkat dari Kolombo menuju Perairan Somalia.
Pada saat itu, Kapal MV Sinar Kudus dilaporkan telah menurunkan jangkar.
Namun, tim penyelamat mendapatkan informasi bahwa Kapal MV Sinar Kudus mungkin masih digunakan sebagai mothership.
4 April 2011 Gugus Tugas telah tiba di perairan Somalia. Selanjutnya, anggota Gugus Tugas melakukan pengumpulan data untuk menyusun rencana cadangan.
Ada beberapa catatan yang menjadi bahan pertimbangan saat ini.
Pertama, hasil deteksi dari helikopter, kapal MV Sinar Kudus telah melakukan lego jangkar.
Kedua, belum ada negara lain yang melakukan operasi penyelamatan pada saat kapal melakukan lego jangkar.
Ketiga, ABK MV Sinar Kudus sering dipindah sehingga jumlahnya tak pernah lengkap.
Keempat, setiap kapal yang disandera dijaga pasukan khusus.
Ketika itu, ada 15-20 kelompok perompak. Tiap-tiap kelompok perompak terorganisasi dan beranggotakan sekitar 30 orang.
6 April 2011 Satuan tugas menuju ke Salalah Oman (pangkalan AJU) untuk melakukan pengisian perbekalan. Pengisian perbekalan berlangsung selama 7 hari.
12 April 2011 Satuan tugas kembali menuju perairan Somalia.
13 April 2011 Proses negosiasi dengan perompak menemui titik terang, karenanya rencana penindakan disesuaikan.
Pertama, pelaksanaan tebusan harus dipastikan dapat menjamin keselamatan ABK MV Sinar Kudus.
Kedua, pada saat pelepasan, akan dilaksanakan tindakan militer terhadap pembajak.
18 April 2011 Dalam rapat terbatas di Istana Bogor yang dipimpin Presiden diputuskan dua hal.
Pertama, selamatkan sandera terlebih dahulu. Setelah itu, satuan tugas baru melakukan pengejaran terhadap pembajak.
Kedua, aksi pembebasan serentak terhadap sandera dilakukan dengan menguatkan pasukan yang terdiri dari 1 LPD, 1 helikopter, dan penambahan pasukan khusus dari Marinir, Kopassus, Kostrad, serta melibatkan Sandi Yudha.
21 April 2011 Pasukan tambahan diberangkatkan dari Jakarta menuju Somalia.
27 April 2011 Presiden kembali menggelar rapat khusus yang membahas upaya pembebasan Kapal MV Sinar Kudus beserta 20 ABK.
Dalam rapat tersebut kembali ditegaskan bahwa tim harus mengutamakan keselamatan ABK dalam melakukan penyelamatan.
Kedua, pelaksanaan penindakan militer terhadap pembajak Somalia.
Ketiga, setelah upaya pembebasan berhasil, Kapal MV Sinar Kudus akan dikawal menuju Oman.
28 April 2011 Rencana dropping uang tebusan dibatalkan. Pasalnya, pembajak Somalia menaikkan jumlah uang tebusan.
30 April 2011 Dropping uang tebusan dilakukan di atas Kapal MV Sinar Kudus.
Dropping dilakukan melalui helikopter. Setelah itu, para pembajak menghitung ulang jumlah tebusan yang tak disebutkan besarnya. Penghitungan uang berlangsung selama sekitar 20 jam.
1 Mei 2011 Setelah dipastikan bahwa tak ada lagi pembajak di Kapal MV Sinar Kudus, maka satuan tugas melakukan pengejaran terhadap pembajak.
Saat pengejaran, terjadi baku tembak antara satuan tugas dan pembajak.
Akibat aksi tersebut, 4 pembajak tertembak dan jatuh ke laut. Satuan tugas pun menyita kapal cepat yang digunakan pembajak.
Selain itu, satuan tugas juga melakukan sterilisasi kapal. Satuan tugas memastikan tak ada bahan peledak di dalam Kapal MV Sinar Kudus.
Pada akhir jumpa pers, Panglima mengatakan bahwa Kapal MV Sinar Kudus dan 20 ABK dijadwalkan tiba di Oman pada tanggal 4 Mei.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari