Penulis
Terlalu Memperhatikan Polah China di Laut China Selatan, Tidak Ada yang Sadar Adanya Perompak Modern di Laut Natuna Utara, Ini Bahayanya Mereka
Intisari-online.com -Era modern ini, rupanya masih banyak ditemukan praktik bajak laut atau perompak.
Bukan hanya di dunia tempat Jack Sparrow tinggal, perompak mengintai di perairan-perairan internasional seperti di Somalia dan perairan Afrika.
Namun rupanya, di Laut China Selatan nyawa militer yang berpatroli menjaga perbatasan maupun para pelaut pencari ikan sama terancamnya dengan nyawa pelaut yang lewati Somalia.
Mengutip Channel News Asia, aktivitas perompak dan insiden pencurian bersenjata di kapal yang ada di Selat Singapura meningkat dalam separuh tahun 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hal ini disampaikan oleh Pusat Informasi Maritim Kamis 16 Juli kemarin.
Insiden di wilayah itu secara keseluruhan juga meningkat dua kalinya, diungkapkan oleh Pusat Informasi Kesepakatan Regional dalam Melawan Perompak dan Pencurian Bersenjata terhadap Kapal di Asia (ReCAAP).
Dari awal tahun sampai Juni, ditemukan insiden yang berkaitan dengan 16 perompak di Selat Singapura.
Seluruh Asia ada sebanyak 51 perompak.
Menurut laporan 1 semester, pusat informasi katakan kekhawatiran mereka saat ini adalah peningkatan insiden yang konstan terjadi di Selat Singapura.
Insiden yang sama terjadi di perairan Laut China Selatan lain yaitu di Bangladesh, India, Indonesia, Filipina, Vietnam dan badan laut utama dari Laut China Selatan.
"Tercatat peningkatan insiden sangat banyak pada tahun 2014 dan 2015 di Selat Singapura.
"Namun itu turun drastis pada tahun 2016," ujar eksekutif direktur ReCAAP Masafumi Kuroki.
"Namun tahun lalu, kami melihat peningkatan inisden lagi."
Insiden pada tahun 2020 tejadi di sepanjang selat Singapura, baik garis yang menuju ke timur dan barat, yang memastikan kapal-kapal tetap mengikuti jalur yang sudah diterapkan.
Mengejutkan, dalam 1 semester ini 16 insiden tersebut 13 insiden perompak terjadi di perairan Laut Natuna Utara.
"Terdapat peningkatan insiden suksesif di perairan Natuna tahun ini. Kami sarankan tingkatkan penjagaan," ujar Kuroki.
Ia juga mendesak Singapura, Malaysia dan Indonesia untuk meningkatkan berbagi informasi dan koordinasi.
Serta ketiga negara lakukan latihan militer gabungan untuk menangkis serangan baik dari China maupun dari perompak dan pencurian kapal dengan senjata.
Penangkapan Pelaku Penting untuk Pencegahan
Menurut ReCAAP, sebagian besar kapal yang kalah di selat Singapura adalah kapal curah, kapal tanker atau kapal penarik.
"Jumlah pelaku dalam satu insiden biasanya dua sampai enam orang dan senjata yang dibawa oleh pelaku dalam tiga contoh adalah pisau, tetapi dalam kebanyakan kasus senjata tidak disebutkan dalam laporan," papar Kuroki.
16 insiden itu tidak bisa dianggap insiden yang biasa, sebab salah satu dari 16 insiden tahun ini sebabkan kru kapal cedera dan terjadi pencurian suku cadang mesin dan besi-besi tua di tongkang.
Penahanan telah dilakukan di selat Singapura pada 16 Maret 2020, setelah kru kapal melihat pelaku di ruang mesin kapal dan menangkapnya.
"Maritim Indonesia menangkap tiga pelaku yang kemudian diinvestigasi dan dihukum sesuai hukum mereka," terang Kuroki.
Ia sendiri mendukung tindakan yang dilakukan oleh Indonesia, karena menurut Kuroki penangkapan pelaku sangat penting untuk pencegahan dan mengurangi insiden yang terjadi.
Upaya Maritim Indonesia, dijelaskan oleh Kuroki, telah berhasil menurunkan aksi perompak di Laut Natuna sampai Selat Singapura antara 2015 sampai 2016, dengan angka perompak turun dari 99 sampai hanya 2 insiden saja.
Sementara selama 2 tahun dari 2016 sampai 2018 hanya ada 17 insiden yang terjadi.
Tidak Berkaitan dengan Covid-19
Sebelumnya disebutkan jika pandemi Covid-19 telah sebabkan krisis ekonomi yang signifikan, sebabkan meningkatnya aktivitas pencurian.
Namun ReCAAP berani memastikan jika ada kaitan antara peningkatan perompak ini dengan krisis Covid-19.
Kuroki juga mempertegas daripada mencari apa penyebabnya, sebaiknya menyusun langkah pencegahan seperti tingkatkan koordinasi antara Singapura, Malaysia dan Indonesia.
"Masalah ini tidak hanya dihadapi oleh Singapura, pencuri perompak ini bergerak dari perairan satu negara ke negara lain," tambahnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini