Advertorial
Intisari-online.com -Semenjak WHO sudah meminta semua orang untuk mengenakan masker, permintaan masker meningkat sangat tajam.
Negara seperti China dan negara-negara Asia menjadi negara pemberi masker yang dijual ke negara lain.
Masker medis berupa masker bedah dan masker N95 adalah dua jenis masker yang saat ini langka.
Amerika sendiri memiliki perusahaan pembuat masker di China, tetapi kabarnya, pesanan mereka 'dibatasi' hanya untuk negara Amerika saja.
Tidak hanya demikian, bahkan Jerman dan Perancis menuduh Amerika membajak kapal pengiriman masker yang ditujukan ke negara mereka.
Jerman rupanya telah memesan 200 ribu masker dari China tetapi kapal yang membawanya justru tidak segera sampai ke Jerman.
Kini, bersama dengan Perancis, mereka menuduh Amerika menjadi biang keladi pencurian masker ini.
Melansir dari rfi.fr, Perancis telah memesan masker dari China tetapi kemudian pesanan mereka dicuri oleh Amerika di menit-menit terakhir.
"Amerika membayar 3 hingga 4 kali lebih tinggi jumlah uang yang kami bayarkan untuk masker-masker tersebut," ujar Jean Rottner, pimpinan koordinasi wilayah Timur Perancis.
Wilayah tersebut menjadi salah satu area yang lumpuh setelah diserang dengan berat oleh virus Corona.
Kamis, pesawat berisi masker buatan China dibeli tepat di landasan saat peralatan pelindung tersebut akan berangkat ke Perancis.
"Kami bekerja keras memastikan masker-masker ini sampai," ujar Rottner, menyalahkan kompetisi tidak sehat ini sebagai alasan tertundanya masker datang.
Kini Amerika telah dituduh menjadi negara pencuri masker dari negara-negara yang telah memesan masker tersebut.
Namun, sejujurnya Perancis sendiri telah mencuri masker yang sebelumnya telah dipesan oleh Spanyol dan Italia.
Bahkan tidak hanya mereka, Kamis kemarin Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan ia khawatir dengan laporan yang mengatakan pesanan masker yang datang ke negaranya ternyata lebih sedikit dari yang mereka pesan.
Sebagian dari pesanan mereka telah terjual ke "penawar lain", yang rupanya di sini merujuk ke Amerika.
"Kami mengerti jika kebutuhan Amerika saat ini sangat mendesak, tetapi di Kanada sama saja, jadi kita harus bekerja sama," ujar Perdana Menteri tersebut.
Namun sepertinya kerja sama masih jauh dari yang diperkirakan.
Kurangnya rasa percaya antara Amerika dengan Uni Eropa membuat risiko rebutan akan menjadi hal yang lebih besar lagi.
Kini, yang terpikirkan adalah untuk urusan masker, semua negara harus siap rebutan.
Bahkan, telah keluar undang-undang dari Amerika yang menyuruh perusahaan masker mereka di China, 3M, untuk hentikan kiriman masker N95 ke Kanada dan negara lain.
Merasa mulai terserang, Justin Trudeau pun sudah berniat untuk membalas hal ini.
Pertimbangan Amerika dalam hal ini adalah untuk memprioritaskan pekerja medis Amerika sendiri.
Trudeau dengan tegas menyebut pada Jumat kemarin jika hal tersebut berupa kesalahan, dan ada ribuan perawat asal Kanada yang pergi ke Amerika untuk bekerja setiap hari.
Jadi seharusnya menurutnya perdagangan tersebut berjalan dua arah.
Eropa sendiri sebenarnya ragu dalam menerima bantuan dari Rusia dan China, karena mereka berpikir apakah ada maksud lain dari bantuan yang mereka tawarkan.
Jean-Sylvestre Mongrenier dari Thomas More Institute, think-tank Franco-Belgian, memperingatkan jika ada rasa ketidakamanan antar negara, bahkan antar benua.
Hal ini bisa menjadi anarki jika tidak ada peraturan dan pengawalan yang tegas.
"Mencari masker menjadi hal yang sangat kompetitif. Sangat disayangkan, tetapi kenyataannya sudah demikian."
Kompetisi bisa menjadi menakutkan, seperti saat seorang anggota DPR Ukraina Andriy Motovylovets datang ke China bulan lalu untuk mengamankan pengiriman masker.
"Konsultan kami pergi ke pabrik pembuat masker dan temukan kolega dari negara lain (Rusia, Amerika, Perancis) yang mencoba mengambil pesanan kami," ujarnya.
"Kami telah membayar di muka dengan transfer dan telah menandatangani kontrak. Namun mereka punya uang lebih, berbentuk tunai. Kami harus berjuang dalam setiap pengiriman masker ke negara kami."
Pesanan datang selalu ke China, dan di China hanya ada beberapa pabrik yang memiliki lisensi ekspor.
Sehingga mereka harus mencari jalur distribusi yang bisa menjual ke pembeli dari luar negeri.
Tentu saja hal tersebut membuat harga masker melambung tinggi.
Mantan Perdana Menteri Slovakia, Peter Pellegrini mengatakan bulan kemarin pemerintahannya harus belajar dengan cara yang sakit jika untuk urusan masker, uang adalah raja.
"Kami sudah siapkan uang tunai senilai 1.2 juta Euro di dalam koper. Rencananya kami akan gunakan penerbangan khusus pemerintah dan pergi mengambil masker dari supplier China.
"Namun, seorang pembeli dari Jerman datang lebih awal, membayar lebih untuk pengiriman itu, dan membelinya."
Uni Eropa sudah tidak mampu membendung ketegangan yang muncul akibat negara-negaranya saling berebut untuk masker.
Pemerintah Ceko bulan lalu mengambil ribuan masker yang ditujukan untuk rumah sakit Italia dari "penyelundup", hanya untuk mengetahui kemudian topeng itu disumbangkan oleh China.
Dan mingguan Prancis L'Express melaporkan bahwa Paris, yang telah meminta kembali semua masker di tengah kekurangan itu, mengambil stok dari produsen Swedia Molnlycke yang ditujukan Spanyol dan Italia.
"Kami berharap Prancis segera menghentikan permintaan peralatan medis dan melakukan apa yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa rantai pasokan dan transportasi barang diamankan," kata kementerian luar negeri Swedia dalam sebuah pernyataan kepada AFP, Jumat.
"Pasar bersama harus berfungsi, terutama di saat krisis," katanya.
Tetapi ketika wabah COVID-19 menyebar, pemerintah mungkin merasa sulit untuk menolak taktik yang lebih kuat, bahkan mungkin menggunakan cara diam-diam.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini