Advertorial
Intisari-Online.com – Kisah bajak laut yang turun ke lautan untuk menjarah barang-barang berharga dari kapal-kapal dagang sudah terjadi ratusan tahun lalu.
Selain mengambil barang dan harta, perompak juga merampas penumpang untuk dijual sebagai budak.
Tidak heran mereka ditakuti. Namun dari sekian banyak nama bajak laut terkenal, ada satu yang nama yang disegani.
Menariknya, dia seorang wanita.
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Dilansir cnn.com, pada tahun 1801, seorang kapten bajak laut China bernama Cheng menikahi Cheng I Sao, seorang pelacur cantik.
Sang kapten tidak hanya mendapatkan gadis impiannya, tapi juga membuat investasi finansial terbaik dalam kariernya.
Sang istri, Cheng I Sao atau “istri Cheng” setuju untuk menikah dengan satu syarat. Yaitu suaminya akan membagi kekuatan yang sama dan diberi kesempatan untuk membantunya mendapatkan lebih banyak kekayaan.
Pada akhirnya, suami dan istri ini sepakat untuk bekerja sama demi menumbuhkan bisnis pembajakan mereka di sepanjang pantai Laut China Selatan.
Enam tahun kemudian, tepatnya pada 1807, sang suami meninggal.
Alih-alih meninggalkan dunia pembajakkan kapal, Cheng I Sao langsung mengambil kendali dan menjadi pemimpin.
Hal pertama yang ia lakukan sebagai pemimpin adalah membuat tangan kanan suaminya, Chang Pao, menjadi kapten resmi armada.
Ketika Chang Pao membawa orang-orang ke medan pertempuran, Cheng I Sao memusatkan perhatiannya pada bisnis, strategi militer, dan mengatur anak buah.
(Baca juga:Terkenal Kejam dan Konon Lebih Pilih Mati di Lautan, Para Bajak Laut Ternyata Memilki Makam Yang Indah)
Tahun demi tahun berlalu setelah kematian suaminya, sudah banyak perompak dan penjahat yang berada di bawah kuasanya.
Jangkauan kuasa Cheng I Sao sungguh luas. Ia hampir bertanggung jawab pada semua pembajakan di wilayah ini. Bahkan anak buahnya melebihi jumlah angkatan laut di banyak negara.
Cakupan bisnisnya juga luas dan bercabang. Dari skema penyerangan, penjarahan, pemerasan, sampai perlindungan.
Ketika sampai di daratan, dia membangun jaringan mata-mata yang luas untuk mengembangkan hubungan ekonomi dengan petani yang akan memasok makanan bagi anak buahnya.
Cheng I Sao juga sosok yang tegas dengan kode etik tinggi. Ketika ada anggotanya yang tidak taat, ia akan langsung menghukumnya. Hukuman mulai dari kehilangan telinga mereka sampai pemenggalan kepalan.
Tahun 1810, pemerintah China mencoba menawarkan amnesti bajak laut universal untuk pertukaran perdamaian. Cheng I Sao setuju untuk berunding.
Di sana, ia datang sebagai ratu bajak laut yang mengatur banyak hal.
Hasil dari perundingan itu membuat kurang dari 400 anak buahnya menerima hukuman. Tapi hanya 126 yang dieksekusi.
Sementara perompak sisanya ditawari pekerjaan militer.
(Baca juga:Johnny Deep Mengunjungi Anak-Anak di Rumah Sakit dengan Kostum Bajak Laut Jack Sparrow)
Cheng I Sao sendiri langsung pensiun dan membuka rumah judi bersama suami barunya, si mantan tangan kanan, Chang Pao.
Tahun 1844, Cheng I Sao meninggal dengan damai di usia 69 tahun.