Blingsatan Indonesia Punya Ladang Minyak yang Kaya Raya, China Tiba-tiba Datang dan Persulit Pengeboran Lepas Pantai Indonesia di Natuna, Ternyata Negara Ini yang Diincar China

Maymunah Nasution

Editor

(Ilustrasi) Laut Natuna kembali didatangi China yang geram bukan main ada pengeboran minyak dan gas oleh Indonesia
(Ilustrasi) Laut Natuna kembali didatangi China yang geram bukan main ada pengeboran minyak dan gas oleh Indonesia

Intisari-online.com -China begitu berambisi menguasai dunia.

Tempat-tempat yang menghasilkan uang adalah incaran mereka.

Salah satunya adalah ladang gas raksasa milik Indonesia di Natuna.

Sudah sering kali kapal China tiba-tiba masuk ke wilayah Natuna.

Baca Juga: Seharusnya Bisa Dipanen Tapi Makin Mundur Karena Pandemi Covid-19, Inilah Tiga Ladang Gas Raksasa RI yang Kini Nasibnya Makin Tidak Jelas, Termasuk Natuna

Kini, hal ini masih terjadi.

Mengutip Energy Voice, laporan terbaru menyatakan adanya gangguan dari penjaga pantai China masuk ke Natuna.

Kali ini tujuan mereka adalah mengganggu pengeboran lepas pantai milik Indonesia di Natuna.

Pengeboran yang dilakukan oleh Harbour Energy di Blok Tuna itu diganggu oleh kapal-kapal China yang tiba-tiba datang.

Baca Juga: Terletak di Laut Timur Indonesia, Ladang Gas Terbesar di Asia Tenggara Milik Indonesia Ini Justru Terancam Ikut Membeku dan Tidak Laku Seperti Natuna, Hal Tak Masuk Akal Ini Sebabnya

Laporan dikeluarkan Energy Voice 20 Agustus 2021 menyebutkan pengeboran adalah pengeboran penilaian yang didanai Zarubezhneft.

Zarubezhneft adalah perusahaan Rusia.

Energy Voice menyebut insiden ini menunjukkan China semakin mengganggu kepentingan energi Moskow di Laut China Selatan.

Zarubezhneft masuk ke Indonesia lewat anak perusahaannya, ZN Asia LTd.

Baca Juga: Gara-gara Timor Leste, Indonesia dan Australia Bisa Sama-sama Angkat Senjata Karena Bentrok Urusan Maritim Ini

Hal itu disebutkan lewat SKK Migas Oktober 2020 lalu.

Mereka mengakuisisi 50% partisipasi kepentingan Harbour Energy di Kontrak Bagi Hasil (KBH) blok Tuna Kepulauan Natuna.

Sedangkan Blok Tuna adalah wilayah kerja Migas di lepas pantai Indonesia.

Blok ini terletak di Laut Natuna, sebelah perbatasan dengan Vietnam dengan kedalaman air 110 meter.

Baca Juga: China Baru Saja Mengirim Kapal Induk Buatannya Sendiri ke Laut China Selatan, Ketegangan Diperkirakan Dapat Berujung Seperti Ini dan Tak Mudah Diakhiri

KBH Tuna ditandatangani dan berlaku sejak 21 Maret 2007.

Harbour Energy adalah operator yang saat ini masih bertugas, memegang 100% partisipasi kepentingan di wilayah tersebut.

KBH Tuna melakukan kegiatan akuisis seismik 2D dan 3D, kemudian pengeboran 4 sumur eksplorasi: Gajah Laut Utara-1 dan Belut Laut-1 tahun 2011 dan Kuda Laut-1 serta Singa Laut-1 tahun 2014.

Semua komitmen eksplorasi telah terpenuhi.

Baca Juga: Pernah Bersengketa dengan China Berulang Kali Rebutan Natuna, Rupanya Begini Cara Indonesia Jinakkan China soal Masalah Natuna

Di sumur Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 ditemukan hidrokarbon, sedangkan letaknya bersebelahan.

Tempat itulah yang kemudian dinamai lapangan Tuna.

Tercatat ada sumber daya sebesar 104 mmboe (2P) didominasi gas tinggi kandungan kondensat.

Sedangkan kandungan karbon dioksida di lapangan Tuna kurang dari 2%.

Baca Juga: Jika Bagi Indonesia Natuna Merupakan Wilayah Kedaulatannya, Ternyata Beginilah China Memandang Natuna Sebagai Bagian Darinya, Pantas Ngotot Tak Salah

Bukan kali pertama kepentingan Rusia mencari minyak di Laut China Selatan diganggu China.

Melansir The Diplomat, perusahaan energi Rusia Rosneft telah menunda pengeboran blok gas yang ditemukan di lepas pantai Vietnam.

Namun tahun 2020 lalu mereka sudah memotong kontrak secara resmi dengan Noble Corporation untuk kerjasama di operasi di Vietnam.

Tekanan politik menumpuk dari China memaksa perusahaan itu menghentikan proyek fantastis tersebut.

Baca Juga: Inggris Sesumbar Sebut Kapal Selam China Lakukan Tindakan Berbahaya Ini di Laut China Selatan, Media China Malah Sebut Inggris Omong Kosong, Sampai Sindir Kemampuan Kapal Perang Inggris

Vietnam bahkan juga setelah itu sempat mencari perusahaan lain agar mau mengebor blok gas mereka, tapi kemudian batal akibat tekanan China.

Rusia dalam posisi sulit karena tidak bisa membuat Beijing terlalu marah.

Ukuran China yang sangat besar akan membuat ketegangan dengan China layaknya perang dagang yang sudah dialami AS dan Australia.

Zarubezhneft, perusahaan yang baru mengebor Natuna, juga terlibat dalam pengeboran di Vietnam.

Baca Juga: Indonesia Wajib Waspada, Latihan Gabungan yang Digelar Bersama Militer AS dapat Respons Keras dari China, Militer Tiongkok Siapkan Latihan Tandingan yang Libatkan Senjata Mematikan Ini

Setelah Rosneft keluar dari Vietnam, Zarubezhneft masuk dan membeli aset mereka.

Di Vietnam mereka menggarap Blok 11/12, tempat yang sama perusahaan migas Korea Selatan (KNOC) memiliki saham 75% sedangkan perusahaan migas Vietnam PetroVietnam memiliki saham 25%.

Zarubehneft hanya memiliki satu aset saja di Indonesia yaitu Blok Tuna.

Sergey Kudryashov, CEO perusahaan Rusia itu mengatakan tidak ingin terburu-buru mengerjakan banyak proyek blok di Indonesia.

Baca Juga: Padahal Sanggup Penggal Malaysia Jadi 2 Bagian, Kini Kekuatan di Natuna Makin Mengerikan Ketika Amerika BangunPusat Pelatihan Militer di Sana, Apa Tujuannya?

"Strategi kami adalah masuk ke aset kecil. Selalu ada risiko minimal. Melihat ukurannya, hal ini terbilang kecil.

"Karena ada risiko politik, ekonomi dan geopolitik, lebih baik melewati semua sebagai pertarungan, memahami di mana kita, kemudian memperluasnya," ujarnya dikutip dari Interfax.

Indonesia sendiri pada November 2017 melalui SKK Migas dan Harbour Energy menandatangani kerja sama dengan PetroVietnam.

Kerja sama tersebut adalah kerja sama penjualan gas dari Blok Tuna ke Vietnam.

Baca Juga: Sengketa Natuna Kembali Memanas, Rupanya Indonesia Telah Ancang-ancang Lama untuk Melawan China, Kesepakatan Senjata dengan Italia Ini Jadi Buktinya

Vietnam mampu menyediakan rute penjualan bagi Indonesia.

Artikel Terkait