Intisari-online.com -Membentang dari Singapura dan Selat Malaka di barat daya sampai Selat Taiwan, Laut China Selatan telah lama menjadi rute perdagangan paling penting di dunia.
Menurut Badan Informasi Energi AS, diperkirakan jika Laut China Selatan menyimpan sekitar 14 triliun barel gas alam dan 16 sampai 33 miliar barel minyak dalam bentuk terikat dan tersedia.
Sebagian besar terletak di kedalaman lautnya daripada di karang-karang dan pulau-pulau keci.
Namun meskipun angka simpanannya begitu besar, minyak yang bisa dieksploitasi ternyata hanya sebagian kecil dari suplai global.
Dikutip dari National Interest, "Cadangan minyak di situ hanya senilai setahun dari konsumsi harian China jika bisa sampai di pasar China besok," ujar Gregory poling, anggota senior untuk Asia Tenggara dan direktur lembaga Asia Maritime Transparency Initiative di Center for Strategic and International Studies.
"Gasnya yang perlu dibicarakan, tapi itu hanya bisa tersedia secara komersial jika disedot ke garis pantai terdekat untuk digunakan.
"Sehingga, cadangan terdekat Vietnam tidak akan berguna untuk orang lain selain warga Vietnam.
"Demikian pula untuk Filipina, Malaysia, dan Indonesia."
Poling menambahkan meskipun sengketa internasional mengenai Laut China Selatan sering menjadi tajuk utama, tapi kemungkinan ada dampak energi global untuk AS dan negara Barat lain terbilang kecil.
"Argumen energi sendiri telah menjadi santapan emas di diskusi Laut China Selatan.
"Dampak sesungguhnya untuk AS dan negara lain adalah ancaman China atas hak negara lain untuk memanen sumber energi mereka sendiri sampai ancaman yang tidak bisa diterima untuk hukum maritim internasional.
"Serta hanya ada sedikit kebijakan politik luar negeri AS terkait membela kebebasan laut," tambahnya.
"Dan jika koersi China di laut mengganggu sekutu AS, terutama Filipina, kredibilitas AS sebagai penyedia keamanan regional dipertaruhkan.
"Artinya, akan muncul risiko merusak kehadiran AS ke depannya melalui jaringan persekutuan."
Meski begitu tetap saja, beberapa negara di perbatasan laut itu telah mendeklarasikan kepemilikan pulau terdekat.
Gunanya untuk mengklaim wilayah laut sekitarnya dan sumbernya yang kaya raya.
Namun, China telah membuat lusinan gerakan untuk membungkam Vietnam dan negara lain.
Vietnam yang selama ini lantang meneriakkan untuk menyelamatkan sumber daya energinya, berhasil dibungkam Beijing yang bertujuan menguasai perusahaan migas di seluruh Laut China Selatan.
Kemudian tujuan akhir China tidak diragukan lagi adalah menjadi satu-satunya mitra pengembang usaha gabungan untuk klaim laut musuhnya.
Contohnya, China telah mempermalukan penambang energi di perairan Malaysia dan telah menenggelamkan kapal penangkap ikan Filipina dan Vietnam di Laut China Selatan.
Tahun 2017, China memaksa perusahaan Repsol dari Spanyol untuk keluar dari proyek Kaisar Merah Vietnam melalui ancaman ke Vietnam.
Satu-satunya pengecualian adalah Vietnam kini melakukan proyek pengeboran bersama firma minyak Rusia, termasuk Rosneft dan Gazprom.
Beijing memperbolehkannya karena tidak ingin mengkonfrontasi Moskow.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, diperkirakan China secara efektif memblokir perkembangan 2,5 triliun Dolar sumber daya minyak dan gas di Laut China Selatan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini