Joshua Pollack, rekan peneliti senior di Studi Nonproliferasi di James Martin Center mengatakan kepada NK News jika pernyataan Kim kemungkinan dibumbui kehadiran Beijing selain Seoul dan Washington.
"Penggunaan eufemisme untuk senjata nuklir, dikombinasikan dengan upaya menyalahkan AS dan Korea Selatan untuk kebuntuan yang berkepanjangan, kuliah sebagai upaya terbaru mereka menarik perhatian China dan dibantu Beijing," ujar Pollack.
"China benar-benar marah ketika Korea Utara secara verbal mengacungkan nuklir mereka. Penggunaan eufemisme menunjukkan jika mereka berusaha untuk tidak melewati batas itu, tapi cukup jelas apa artinya."
Pollack mengatakan ada "ancaman implisit untuk melanjutkan pengujian" rudal dalam pernyataan Kim, tapi kemungkina Pyongyang tidak ingin membuat sebal Beijing dengan peluncuran rudal jelajah.
Terkait bagaimana AS mungkin merespon pernyataan itu, ia menambahkan jika Presiden As Joe Biden "memiliki target lebih besar dan akan puas jika tantrum verbal ini saja yang akan terjadi."
Ankit Panda, kontributor analitik NK Pro dan rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace mengatakan kepada NK News jika Pyongyang dapat melanjutkan pernyataan Kim dengan menguji rudal balistik jarak pendek lagi.
Pyongyang sudah pernah melakukannya pada Maret.
Pakar juga telah baru-baru ini berspekulasi jika Korea Utara mungkin menyiapkan mengirimkan kapal selam baru yang mampu membawa rudal balistik nuklir.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR