Intisari-online.com -Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un, ancam Amerika Serikat (AS).
Ia mengatakan jika Pyongyang akan melanjutkan militer dan senjata nuklir mereka merespon latihan militer AS-Korea Selatan yang diharapkan berlanjut bulan ini.
"Kami didorong untuk memperkuat pertahanan nasional kami dan meningkatkan kemampuan menyerang untuk secara cepat merespon aksi militer apapun yang ditujukan kepada kami dan…. Ancaman militer AS yang penuh kebencian," ujar Kim dalam pernyataan resmi dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA) Selasa pagi.
Kim tampaknya merujuk pada kemampuan senjata nuklir Korea Utara dengan kata-kata "kemampuan menyerang".
Istilah itu digunakan ketika mempromosikan perkembangan nuklir Korea Utara di masa lalu, melansir NK News.
"AS dan Korea Selatan, setelah mengabaikan peringatan berulang kami dan mendorong dengan latihan perang yang berbahaya, telah tentu saja membawa ancaman keamanan nasional kepada mereka sendiri," ujarnya.
"Untuk perdamaian terlaksana di semenanjung, pasukan invasi AS dan peralatan perang di Korea Selatan harus dihilangkan," tuntutnya.
Kim memperingatkan Washington dan Seoul awal bulan ini bahwa mereka akan menghadapi "kesengsaraan" jika melanjutkan latihan gabungan, beberapa hari setelah dua Korea menghubungkan komunikasi kunci.
Namun latihan pertahanan tahunan diharapkan dilanjutkan sesuai jadwal.
Kim Yo Jong memegang posisi wakil direktur departemen di Partai Buruh Korea (WPK).
Ia merincikan pemahaman Korea Utara mengenai latihan Agustus dalam pernyataan hari Selasa.
Kim mengatakan latihan itu terdiri dari "pelatihan staf manajemen krisis" dari 10 sampai 13 Agustus dan "latihan pos komando bersama" dari 16-26 Agustus.
Namun ia mengulangi pernyataan Pyongyang bahwa ukuran dan format latihan gabungan tidak menjadi urusan yang bisa dirundingkan.
Serta, semuanya harus ditunda.
Ia juga mengkritik panggilan terbaru Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Blinken menyeru pembicaraan dengan tanpa prakondisi, yang disebut Kim sebagai "kemunafikan" karena kemudian melaksanakan latihan militer.
Joshua Pollack, rekan peneliti senior di Studi Nonproliferasi di James Martin Center mengatakan kepada NK News jika pernyataan Kim kemungkinan dibumbui kehadiran Beijing selain Seoul dan Washington.
"Penggunaan eufemisme untuk senjata nuklir, dikombinasikan dengan upaya menyalahkan AS dan Korea Selatan untuk kebuntuan yang berkepanjangan, kuliah sebagai upaya terbaru mereka menarik perhatian China dan dibantu Beijing," ujar Pollack.
"China benar-benar marah ketika Korea Utara secara verbal mengacungkan nuklir mereka. Penggunaan eufemisme menunjukkan jika mereka berusaha untuk tidak melewati batas itu, tapi cukup jelas apa artinya."
Pollack mengatakan ada "ancaman implisit untuk melanjutkan pengujian" rudal dalam pernyataan Kim, tapi kemungkina Pyongyang tidak ingin membuat sebal Beijing dengan peluncuran rudal jelajah.
Terkait bagaimana AS mungkin merespon pernyataan itu, ia menambahkan jika Presiden As Joe Biden "memiliki target lebih besar dan akan puas jika tantrum verbal ini saja yang akan terjadi."
Ankit Panda, kontributor analitik NK Pro dan rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace mengatakan kepada NK News jika Pyongyang dapat melanjutkan pernyataan Kim dengan menguji rudal balistik jarak pendek lagi.
Pyongyang sudah pernah melakukannya pada Maret.
Pakar juga telah baru-baru ini berspekulasi jika Korea Utara mungkin menyiapkan mengirimkan kapal selam baru yang mampu membawa rudal balistik nuklir.
Kim Jong-Un secara terbuka menyidak kapal selam dan uji peluncuran satu dari beberapa rudal mereka tahun 2019 lalu.
Pyongyang juga berparade dengan rudal balistik kapal selam serta rudal balistik antar benua terbesar mereka dalam parade militer terbaru.
Namun, Korea Utara belum menguji senjata nuklir baru mereka.