Penulis
Intisari-Online.com - Membuka kembali izin ekspor dan impor barang-barang tertentu ke Korea Utara disebut menjadi prasyarat oleh Korea Utara untuk membuka kembali pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat.
Namun, di antara barang-barang tersebut, termasuk impor minuman keras yang diperuntukkan bagi Kim Jong-Un dan elit Korea Utara.
Hal ini disampaikan anggota parlemen Korea SelatanHa Tae-Kyung setelah diberi pengarahan oleh kepala Intelijen Nasional Korea (NIS) Korsel, Park Jie-won.
Melansir dailysabah.com (4/8/2021), pengarahan itu dilakukan seminggu setelah Korea Utara dan Korea Selatan memulihkan hotline yang telah ditangguhkan Korea Utara setahun yang lalu.
"Sebagai prasyarat untuk membuka kembali pembicaraan, Korea Utara berpendapat bahwa Amerika Serikat harus mengizinkan ekspor mineral dan impor minyak sulingan dan kebutuhan," kata Ha Tae-keung kepada wartawan.
"Saya bertanya kebutuhan apa yang paling mereka inginkan, dan mereka mengatakan minuman keras kelas atas dan jas dimasukkan,
"Tidak hanya untuk konsumsi Kim Jong Un sendiri tetapi untuk didistribusikan ke elit Pyongyang," katanya.
Washington sendiri tidak memberikan indikasi kesediaan untuk melonggarkan sanksi sebelum pembicaraan apa pun.
Baca Juga: Tak Banyak Orang Tahu, Lagu Indonesia Raya yang Kita Dengar Saat Ini Ternyata Tidak Sesuai Aslinya
Ironisnya, permintaan Korea Utara tersebut hadir ketika Korea Utara dikabarkan mengalami krisis pangan.
Pada akhir Juni lalu, dalam pernyataan tidak biasa yang dilontarkan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un, ia mengakui bahwa negaranya sedang menghadapi kekurangan pangan.
"Situasi pangan rakyat sekarang semakin tegang,” kata Kim seperti dilansir dari BBCNews, Rabu (23/6/2021).
Dia mengatakan sektor pertanian gagal memenuhi target gandumnya karena badai topan tahun lalu yang menyebabkan banjir.
Ada juga laporan, harga makanan telah melonjak misalnya satu kilogram pisang mencapai 45 dollar AS atau Rp 648.900 (Kurs Rp 14.420 per dollar AS)
Tak hanya pisang, harga jagung juga mengalami lonjakan pada pertengahan Februari mencapai 3.137 won atau sekitar Rp 40.000 per kilogram.
Harga beras di Ibu Kota Negara, Pyongyang, juga melonjak sejak Desember 2020 dan cenderung fluktuatif.
Alih-alih berfokus pada pemenuhan kebutuhan pangan warganya, Korea Utara malah memasukkan minuman keras kelas atas ke daftar kebutuhan yang paling diinginkan.
Meski, kegemaran Kim Jong-Un terhadap minuman beralkohol bukanlah hal baru.
Itu merupakan salah satu yang dikenal sebagai gaya hidup super mewah pemimpin Korea Utara ini.
Bahkan, sambil menenggak anggur dan soju, sang diktator Korea Utara pernah 'menertawai dirinya sendiri' di tengah pertemuan dengan delegasi Korea Selatan pada 2018 silam.
Ia menertawai citra dirinya yang terbentuk di luar negeri.
Saat itu, Kim menunjukkan sikap santainya itu di tengah santap malam bersama delegasi Korea Selatan yang berkunjung ke Pyongyang.
Sejumlah anggota delegasi Korsel menuturkan bahwa suasana malam itu sangat cair. Julukan "Little Rocket Man" yang disematkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dibahasnya berulang kali dengan santai.
Ia pun mengaku sangat mengetahui semua julukan dan olokan terhadap dirinya di luar sana, tetapi menanggapinya dengan sangat santai, bahkan tertawa sambil menenggak minuman keras.
(*)