Intisari-Online.com - Inilah sejarah Timor Leste selama Perang Dunia II, menjadi medan tempur antara Pasukan Sekutu dan Pasukan Jepang.
Pada tahun 1942, dua kekuatan tersebut bertempur di wilayah paling selatan Asia ini.
Pertempuran berlangsung baik di Timor Portugis yang saat ini merupakan Negara Timor Leste, maupun Timor Belanda yang saat ini merupakan Provinsi Nusa Tenggara Timur Indonesia.
Sebenarnya saat itu Portugis menerapkan kebijakan netralitas, namun Pasukan Sekutu tetap datang ke wilayah ini melanggar kebijakan tersebut.
Di Lisbon, Oliveira de Salazar mengecam pendaratan sekutu sebagai invasi ke wilayah netral.
Sempat berencana mengirim pasukannya ke Timor Portugis, namun gagal dengan kedatangan Pasukan Jepang.
Pasukan Jepang menyerbu wilayah Timor Leste pada 20 Februari 1942, hanya tiga bulan setelah serangan di Pearl Harbor.
Dengan sampainya Pasukan Jepang di Timor Leste, pendudukan Jepang di Asia Tenggara mencapai batas selatannya.
Pasukan Jepang pada akhirnya berhasil menguasai Timor Leste pada akhir tahun 1942.
Namun, mereka harus lebih dulu menghadapi Pasukan Sekutu yang telah bersiap menghadang mereka.
Melansir Australian War Memorial, Pada awal Februari 1941, Australia telah sepakat dengan pejabat Belanda dan Inggris bahwa pasukan Sekutu, di bawah komando Australia, akan memperkuat Timor jika Jepang memasuki perang.
Lima hari setelah serangan Jepang di Pearl Harbor, Pasukan Sekutu mendarat di Timor sebagai bagian dari strategi mereka mempertahankan lapangan udara depan.
Kehadiran Pasukan Sekutu di wilayah Timor Leste yang terutama dari Australia, Inggris Raya, dan Hindia Belanda tersebut dikenal sebagai "Sparrow Force".
Kedatangan mereka juga melibatkan penggelaran "Lark Force" di Rabaul dan "Gull Force" di Ambon.
Meski mereka tidak mendapat persetujuan dari Portugis untuk menduduki bagian timur pulau it, namun pemerintah kolonial mengambil "pandangan yang sangat optimis" bahwa pasukan Jepang akan menghormati kenetralan Portugis.
Ketika Pasukan Jepang benar-benar tiba di wilayah Timor, Pasukan Sekutu dikejutkan dengan serangan skala besar Pasukan dari Negeri Matahari.
Rupanya, meskipun setuju untuk menempatkan Timor dengan pasukan, komandan Sekutu tidak membayangkan serangan Jepang skala besar di pulau itu.
Kupang, yang saat itu merupakan pusat kekuasaan Belanda di Timor Belanda, menjadi fokus serangan Jepang.
Menghadapi mereka adalah pasukan dari Batalyon 2/40 Australia, satu skuadron pesawat pengebom Hudson Angkatan Udara Australia (RAAF), baterai artileri pantai Australia, dan 1.000 tentara Belanda.
Dikelilingi dan kekurangan amunisi, mereka bertahan selama empat hari tetapi dipaksa menyerah pada 23 Februari.
Pasukan Jepang juga telah dikirim ke Dili, ibu kota Portugis, di mana mereka hanya menghadapi perlawanan terbatas.
Selain itu, yang penting dari kedatangan Jepang ke Dili adalah bahwa mereka menggagalkan rencana kedatangan pasukan Portugis antara 19 dan 20 Februari.
Sebanyak 250 orang dari Kompi Independen 2/2 Australia dikirim ke Timor Portugis sebelum serangan Jepang.
Namun, mereka tidak secara langsung menghadapi invasi tetapi bertindak sebagai kekuatan gerilya.
Setelah penyerahan pasukan utama sekutu di Kupang, sisa anggota 2/40 sebanyak 140 orang yang berhasil menghindari pengepungan Jepang juga menyeberang untuk bergabung dengan 2/2.
Selain mereka, ikut bergabung beberapa pasukan Belanda yang juga berhasil menghindari pengepungan.
Medan terjal Timor menawarkan kondisi ideal untuk perang gerilya, tetapi dukungan masyarakat lokal juga turut membantu operasi mereka.
Orang Timor Leste menyediakan makanan dan tempat tinggal, kuda poni untuk membawa alat berat, bertindak sebagai kuli dan pemandu, dan membantu mendirikan penyergapan.
Beberapa mengangkat senjata sendiri dan bertempur bersama orang Australia.
Banyak pula orang Timor dieksekusi oleh Jepang karena memberikan bantuan kepada gerilyawan sekutu.
Bantuan juga datang dari Portugis yang sebagai wakil dari negara netral diizinkan untuk menjaga ketertiban di koloni mereka.
Sejak Juli 1942, Jepang melancarkan serangkaian operasi untuk menghancurkan Australia dan sekutu Timor mereka.
Sekitar waktu tersebut, 2/2 menerima bala bantuan dari Australia dalam bentuk Kompi Independen 2/4.
Namun, Jepang juga telah meningkatkan ukuran garnisun mereka dan, menyadari sejauh mana orang Australia bergantung pada bantuan orang Timor, berusaha mengambil keuntungan dari perpecahan di antara penduduk setempat.
Pada bulan Oktober kontrol Portugis sebagian besar telah dihilangkan.
Pasukan Jepang berhasil meningkatkan tekanan yang membuat operasi gerilya sekutu menjadi lebih sulit.
Intelijen yang diberikan oleh penduduk setempat kepada Sekutu pun mulai mengering dan, sejak awal Desember 1942, operasi dihentikan.
Pasukan Sekutu mulai ditarik mundur dari Pulau Timor.
Awal bulan itu, 2/2 mengevakuasi 190 tentara Belanda dan 150 Portugis, yang mencari perlindungan di Australia, sebelum meninggalkan pulau antara 10 dan 16 Desember.
Baca Juga: Susu Kental Manis Ternyata Bukan Susu, Kandungan Aslinya Bikin Gendut
Sementara setelah keberangkatan mereka, posisi 2/4 menjadi tidak dapat dipertahankan dan juga dievakuasi pada malam 9-10 Januari 1943.
Dengan penarikan Pasukan Sekutu dari Timor, Jepang pun berhasil menguasai wilayah tersebut.
Jepang berkuasa hingga akhir Perang Dunia II menjadi salah satu masa kelam penjajahan di Timor Leste.
Sementara orang Timor Leste yang sempat memberikan bantuan untuk Pasukan Sekutu harus 'membayar mahal' dengan puluhan ribu warga sipil Timor tewas akibat pendudukan Jepang.
(*)