Intisari-Online.com - Nama Akidi Tio mendadak viral di Indonesia.
Ini karena anak dari almarhum Akidi Tio dilaporkan memberikan dana bantuanhibah sebesar Rp2 triliun untuk penanggulangan Covid-19Pemprov Sumatera Selatan (Sumsel).
NominalRp2 triliun itu tentu sangat mengejutkan semua orang. Karena itu dana yang tidak sedikit.
Hanya saja hingga kini dana tersebut belum dicairkan sehingga memicu spekulasi itu hanyalah hoaks semata.
Bicara soal sumbangan, ada yang sumbangannya jadi titik awal dunia penerbangan seantero Indonesia.
Pada tahun 1948, transportasi udara, pesawat, mulai digunakan untuk mengangkut penumpang di Indonesia.
Dilansir dari kompas.com pada Sabtu (7/8/2021), saat itu, pesawat pertama yang digunakan adalah jenis DC-3.
Pesawat ini dimiliki oleh Indonesian Airways dan itu adalah cikal bakal dari Garuda Indonesia saat ini.
Rencana awalnya, TNI AU akan membeli pesawat angkut. Hal itu sudahdibicarakan dengan Presiden Soekarno dan mendapat persetujuannya.
Saat itu, direncanakan akan ada 25 pesawat model Dakota.
Namun karena tidak ada dana, maka pemerintah langsung melakukanpencarian dana sumbangan ke Pulau Sumatera.
PerjalananPresiden Soekarno diawali ke Aceh pada16 Juni 1948.
Di depan warga Aceh, sang Presiden berorasi untukmembangkitkan jiwa nasionalisme rakyat Aceh.
Lalu rakyat aceh diminta untuk memberikan sumbangan (patungan).
Nantinya dana sumbangan ini akan digunakan untuk membeli pesawat angkut pertama di Indonesia.
Dari banyak orang yang menyumbang, salah satunya adalahNyak Sandang.
Hampir 70 tahun berlalu, pada21 Maret 2018, Nyak Sandang bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta.
Dalam pertemuan itu,Nyak Sandang bercerita.
Pada masa itu, ia dan orangtuanya menjual sepetak tanah di kampungnya yang ditanam 40 batang pohon kelapa dan menyerahkan 10 gram emas.
Hartanya waktu itu dihargai Rp100 dan diserahkan kepada negara bersama sumbangan warga Aceh lainnya.
Setelah dana terkumpul, Indonesia akhirnya dapat menghadirkan pesawat jenis Dakota DC-03.
Itu karenasumbangan yang terkumpul setara dengan 20 kilogram emas murni dan 120.000 dollar Singapura.
Lanjutnya, uang ini kemudian digunakan untuk membeli pesawat Dakota.
Hingga akhirnya pesawat Dakota DC-3 dinamakan Dakota RI-001 Seulawah.
Arti "Seulawah" adalah gunung emas.Seulawah mempunyai panjang 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter.
Mesin pesawat ini terdiri dari dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kilogram.
Sehingga mampu terbang dengan kecepatan maksimumnya, 346 km/jam.
Dengan kehadiran pesawat Dakota, maka itu mendorong dibuka jalur penerbangan Sumatera-Jawa, dan bahkan ke luar negeri.