'Tangkap Nicolao Lobato, Hidup atau Mati!' Kisah Operasi Tempur Timor Leste saat Pasukan Prabowo Subianto Hujani Timah Panas ke Presiden Fretilin

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Sejarah Timor Leste
Sejarah Timor Leste

Intisari-Online.com - Timor Leste merupakan sebuah wilayah bekas jajahan Portugis.

Portugis pertama kali datang ke Timor Leste pada abad ke-16 atau sekitar tahun 1520.

Kedatangan Portugis untuk menjajah wilayah Timor Leste.

Sebelum bergabung dan melepaskan diri dari Indonesia, Belanda dan Jepang juga sempat datang ke Timor Leste untuk menguasai wilayah tersebut.

Baca Juga: Kisah Lucu Anggota Batalyon 'Kegirangan Berharap Dapat Uang Saku' saat Prabowo Subianto Dipanggil Cendana Sebelum Bertugas ke Timor Leste, Pertemuan Menghadap Soeharto Justru Cuma 5 Menit

Portugis meninggalkan Timor Leste pada bulan Agustus 1975, dan pasukan Indonesia segera mulai menyusup ke perbatasan dari Timor Barat Indonesia.

Pada tanggal 28 November, pemerintah Timor Leste yang terpilih secara demokratis, karena takut akan invasi Indonesia yang akan segera terjadi, memproklamasikan Republik Demokratik Timor Leste.

Pada pagi hari tanggal 7 Desember, Indonesia merespons dengan memulai pemboman laut kota Dili, diikuti dengan pendaratan pasukan terjun payung dari udara dan marinir di pantai.

Kala itu, konflik terjadi terus menerus antara Indonesia dan Timor Leste.

Baca Juga: 11 Tahun Mengemis Tanpa Pasti, Timor Leste Kini Malah Harus Rela Jadi Musuh Dunia Jika Ingin Tetap Jadi Anggota ASEAN, Negaranya Bermasalah Ini Biang Keroknya

Prabowo Subianto merupakan orang yang ikut berperan penting dalam menumpaskan konflik Indonesia dengan Timor Leste di masa lalu.

Timor Leste, yang dulu masih bernama Timor Timur, seketika mencekam karena munculnya banyak kelompok bersenjata yang ingin menyerang TNI.

Saat Timor Timur masih bergabung sebagai salah satu provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sejumlah gangguan keamanan dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang bertujuan ingin memisahkan diri dari Indonesia.

Salah satu kelompok yang ingin mendapatkan kemerdekaan bagi Timor Timur adalah Fretilin.

Baca Juga: Dipengaruhi Portugis dan Asia Tenggara, Ini 6 Makanan Timor Leste, Termasuk Saus Budu yang Terkenal Lezat

Pemimpin kelompok itu menyerukan anggotanya untuk menyerang prajurit TNi, yang ketika itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Dilansir dari buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.

Prabowo Subianto beserta pasukannya diterjunkan untuk membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas)

Prabowo Subianto beserta pasukannya sempat diterjunkan untuk memburu presiden Fretilin, Nicolao Lobato

Baca Juga: Sejarah Invasi Indonesia ke Timor Leste Didahului Deklarasi Balibo yang Didukung AS dan Australia, Ini Tujuannya

"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja

Konsep perburuan Yon Parikesit menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud) dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.

Debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.

Di sana tim berhadapan dengan pasukan pengawal Lobato.

Pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto diterjunakn bersamaan dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.

Baca Juga: Ketika Perempuan Timor Leste 'Langgar Tradisi' dengan Menato Tubuh Mereka untuk Selamatkan Diri dari Perbudakan Nafsu Jepang pada Perang Dunia II

30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.

Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.

Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.

Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.

Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto kemudian meluncur ke lokasi pengepungan dan langsung menghujani Lobato dan pasukannya dengan timah panas.

Adu tembak silih berganti antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu dimana-mana.

Sejumlah pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.

Baca Juga: Mendalam, Makna Kain Tais Timor Leste Bagi Masyarakat Lokal hingga Tamu yang Datang ke Negara Muda Ini

Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnnya.

Pelariannya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.

Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.

Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.

Usai dipastikan tewas, Panglima TNI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi.

(*)

Artikel Terkait