Penulis
Intisari-Online.com - Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto merupakan orang yang ikut berperan penting dalam menumpaskan konflik Indonesia dengan Timor Leste di masa lalu.
Timor Leste, yang dulu masih bernama Timor Timur, seketika mencekam karena munculnya banyak kelompok bersenjata yang ingin menyerang TNI.
Saat Timor Timur masih bergabung sebagai salah satu provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sejumlah gangguan keamanan dilancarkan oleh kelompok bersenjata yang bertujuan ingin memisahkan diri dari Indonesia.
Salah satu kelompok yang ingin mendapatkan kemerdekaan bagi Timor Timur adalah Fretilin.
Pemimpin kelompok itu menyerukan anggotanya untuk menyerang prajurit TNi, yang ketika itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Dalam buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.
Prabowo Subianto beserta pasukannya diterjunkan untuk membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Sementara dari buku Kepemimpinan Militer-Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto, yang baru rilis Juli lalu, diceritakan sebuah pengalaman lucu.
Suatu hari, saat Prabowo yang menjadi Komandan Batalyon 328 hendak bertugas ke Timor Timur, ia dipanggil ke Cendana.
Semua anggota batalyon Prabowo gembira karena ini berarti mereka akan diberi sangu.
Malam sebelum berangkat, sekitar pukul 20.30, Prabowo diterima Soeharto.
Pertemuan tidak sampai lima menit.
”Beliau hanya berpesan ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo (jangan lupa, jangan sombong, jangan memaksakan diri kalau tak mampu)."
"Pak Harto lantas memegang kepala saya, seperti biasa dia lakukan terhadap anak, cucu, dan orang yang disayanginya seraya mempersilakan saya berangkat,” cerita Prabowo.
(*)