Hal ini yang membuat pegasus ini sangat berbahaya.
"Bila menilik malware Pegasus, cukup dengan panggilan WhatsApp, ponsel penerima sudah terinfeksi, bahkan tanpa harus menerima panggilannya."
"Dengan metode yang sama dan mengirimkan file lewat WhatsApp juga bisa menyebabkan peretasan " kata pria asal Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Pratama menjelaskan, bahwa tidak hanya aplikasi Whatsapp saja yang bisa dimonitor namun semua aplikasi yang terinstal didalam smartphone tersebut.
Lebih jauh, Pegasus dapat mengumpulkan semua data ponsel jika malware berhasil ditanamkan, maka data dari ponsel bisa disedot dan dikirim ke server.
Bahkan yang lebih mengerikan, Pegasus bisa menyalakan kamera atau mikrofon pada ponsel untuk membuat rekaman secara rahasia.
"Prinsipnya adalah, Pegasus bisa melakukan segala hal di Smartphone kita dengan kontrol dari dashboard."
"Bahkan bisa melakukan pengiriman pesan, panggilan dan perekamanan yang tidak kita lakukan." terang pria asal Cepu jateng ini.
“Bagi Indonesia ini seharusnya menjadi pegingat pentingnya kita mengembangkan perangkat keras sendiri serta aplikasi chat serta email yang aman digunakan oleh negara, sehingga mengurangi resiko eksploitasi keamanan oleh pihak asing,” terang Pratama.
Ditambahkan Pratama, presiden dan para pejabat penting negara harus waspada disarankan tidak lagi memakai Whatsapp karena menjadi pintu masuk Pegasus.
Founder Telegram Paul Durov bahkan menegaskan bila Whatsapp sejak awal memang tak serius membangun keamanan pada aplikasinya.
Pratama lantas mengimbau karena saat ini ancaman serupa juga bisa terjadi ke presiden maupun para pejabat di tanah air.
Yang paling bisa dilakukan sekarang adalah melakukan forensik pada perangkat gawai yang dibawa.
Selanjutnya melakukan protokol keamanan untuk nomor yang dipakai komunikasi antar petinggi negara harus dirahasiakan tidak boleh bocor ke siapapun.
Karena nomor ini adalah pintu masuk dari pegasus lewat Whatsapp.
“Ponsel apapun termasuk iPhone masih bisa ditembus oleh Pegasus. Langkah preventif yang paling bisa dilakukan adalah menggunakan software enkripsi, sehingga data yang ditransmisikan atau dicuri oleh pegasus tidak serta merta langsung bisa dibuka atau diolah,” jelasnya.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR