Pegasus sebenarnya merupakan sebuah "trojan" yang begitu masuk ke dalam sistem target, dapat membuka "pintu" bagi penyerang untuk dapat mengambil informasi yang berada di target.
Lebih spesifik boleh dikatakan bahwa pegasus merupakan sebuah spyware.
Dilansir dari Tribunnews, dalam keterangannya pada Sabtu (24/7), pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan bahwa malware seperti ini banyak juga di jual bebas di pasaran, bahkan ada beberapa yang bisa didapatkan dengan gratis.
Yang membedakan adalah teknik atau metode yang digunakan agar malware tersebut untuk dapat menginfeksi korban, serta teknik untuk menyembunyikan diri agar tidak dapat terdeteksi oleh anti virus maupun peralatan security dan juga teknik agar tidak dapat di tracking.
"Saat ini sangat sulit untuk menghindari kemungkinan serangan malware. Pegasus sendiri hanya membutuhkan nomor telepon target. Ponsel bisa jadi terhindar dari Pegasus jika nomor yang digunakan tak diketahui oleh orang lain,” terang chairman lembaga riset siber CISSReC (communication & information system security research center) ini.
Menurut Pratama, teknik yang digunakan oleh pegasus ini biasa disebut dengan "remote exploit" dengan menggunnakan "zero day attack."
Zero day attack merupakan suatu metode serangan yang memanfaatkan lubang keamanan yang tidak diketahui bahkan oleh si pembuat sistem sendiri belum diketahui.
Juga serangan ini biasanya sangat sulit terdeteksi oleh perangkat keamanan, walaupun terupdate.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR