Intisari-Online.com - Virus corona varian Delta pertama kali ditemukan di India.
Lalu mutasi baru virus corona ini langsung menyebar ke seluruh dunia.
Berita buruknya, virus corona varian Delta menyerang negara-negara di Asia yang memilikitingkat vaksinasi rendah.
Ya, sebagian besar negara di Asia memang terkonfirmasi memilikivaksinasi rendah.
Kini ketika tahu varian Delta lebih menular dan lebih mmatikan, hingga rekor kasus harian dan kasus kematian meningkat tajam, sejumlah negarabergegas untuk memberlakukanlockdown atau pembatasan.
Dilansir dari dailymail.co.uk pada Sabtu (31/7/2021),Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia semuanya melaporkan lonjakan kasus virus corona dalam beberapa pekan terakhir.
Padahal sebelumnya negara-negara itu dipujidengan kisah sukses menghadapi virus corona.
Tak hanya di Asia Tenggara, negara-negara Asia lainnya juga memecahkan rekor kasus harian tertinggi.
Misalnya diJepang dan Korea Selatan.
Sehingga kedua negara melakukan tindakan penguncian domestik yang ketat untuk memperlambat di tempat lain.
Australia juga sedang berjuang untuk mengendalikan dan mengendalikan wabah varian Delta.
Misal di Sydney saat ini berada di tengah-tengah lockdwonterlama sejak gelombang awal virus menyerang kembali pada tahun 2020.
Varian Delta memang lebih menular daripada patogen yang menyebabkan SARS, Ebola dan cacar, dan mudah menyebar seperti cacar air.
Hal ini menurut presentasi Pusat Pengendalian Penyakit internal AS yang dilaporkan oleh The Washington Post dan The New York Times.
Filipina minggu depan akan mengirim lebih dari 13 juta orang di wilayah ibu kota nasional kembali kelockdownkarena peningkatan terkait Delta, kata pemerintah Jumat.
Varian ini juga telah dikaitkan dengan sekitar setengah dari kasus baru di Tokyo.
Jepang pada hari Jumat memperpanjang keadaan darurat virus di ibukota seminggusetelah Olimpiade dibuka.
Ibu kota Jepang itu melaporkan rekor jumlah kasus baru sehari sebelumnya.
Sementara itu, Australia mengatakan Jumat akan membuka kembali perbatasan dan mengakhiri penguncian ketika tingkat vaksinasi mencapai 80 persen.
Di sisi lain,Amerika Serikat (AS) meningkatkan upaya untuk membuat orang divaksinasi dalam menghadapi lonjakan varian Delta.
Dengan infeksi dan rawat inap yang meningkat, Presiden AS Joe Biden meminta setiap pekerja federal AS untuk menyatakan mereka divaksinasi sepenuhnya atau memakai masker dan dites.
Sebab memang banyak orang AS yang tidak mau divaksin.
"Orang-orang sekarat dan akan kehilangan nyawa jika mereka tidak divaksin," kata Biden.
"Jika Anda tidak divaksinasi, Anda menghadirkan masalah."
"Bagi diri Anda sendiri, bagi keluarga Anda, dan bagi mereka yang bekerja dengan Anda."
Sebuah ironi memang. Sebab AS termasuk negara yang sukses membuat vaksin Covid-19. Bahkan distribusi vaksinya sangat melimpah
Namun banyak warga di sana yang tidak mau divaksin.
Berbanding terbalik dengan negara-negara Asia yang harus menunggu distribusi dari negara-negara besar.
Padahal banyak warga negara-negara Asia yang semangat untuk menerima vaksin Covid-19.
Sejauh ini, hampir 4,2 juta orang diketahui telah meninggal karena Covid-19 di seluruh dunia, dan vaksin secara luas dianggap sebagai senjata utama melawan penyakit tersebut.
Israel adalah pemimpin awal dalam vaksinasi, dengan sekitar 55 persen populasi divaksinasi sepenuhnya menggunakan vaksin dua dosis mRNA yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Ironi lain. Negara-negara kayaseperti Israel bahkan dapat menawarkan dosis ketiga vaksin.
Padahal banyak negara miskin bahkan berjuang untuk menyediakan dosis vaksin pertama.
Lebih dari empat miliar dosis telah diberikan di seluruh dunia, menurut penghitungan AFP.
Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan rata-rata 97 vaksinper 100 penduduk dibandingkan dengan hanya 1,6 di negara-negara berpenghasilan rendah.