Menyeruak dari Bawah Laut Indonesia, Program Militer Paling Ambisius dan Paling Dirahasiakan China Akhirnya Terkuak, Laut China Selatan Terbukti Berada di Bawah Genggaman Tiongkok

Khaerunisa

Penulis

Kendaraan air tak berawak besar HSU001 China.
Kendaraan air tak berawak besar HSU001 China.

Intisari-Online.com - China tak main-main dengan terus mengembangkan kekuatan militernya, khususnya untuk 'menggenggam' wilayah Laut China Selatan.

Terkuak bahwa program militer paling ambisius tengah dijalankannya.

Dikutip euresiatimes.com(8/7/2021), menurut South China Morning Post, Beijing baru-baru ini mendeklasifikasi laporan tentang pengembangan kapal selam drone, sebuah proyek yang telah dimulai pada tahun 2010.

Itu adalah drone bawah air yang mampu mengidentifikasi, melacak, dan menyerang kapal selam musuh tanpa campur tangan manusia.

Baca Juga: Wanita Bersuami pun Tak Luput Jadi Korbannya, Media Ini Bocorkan Kekejaman Kim Jong-un, Perintahkan Para Wanita Lakukan Ini di Perbatasan dengan China

Pengembangan drone sendiri merupakan bagian dari proyek rahasia China, yang rinciannya telah dideklasifikasi.

Menurut para peneliti, drone tak berawak itu dikirim untuk berpatroli di kedalaman 10 meter di sepanjang rute yang telah diatur sebelumnya.

Laporan tersebut tidak memberikan lokasi atau rute spesifik dari kapal selam tak berawak, tetapi koordinat dari peta di surat kabar menunjukkan bahwa kapal selam itu mungkin terletak di dekat pantai provinsi Fujian di China atau di sepanjang Selat Taiwan.

Rupanya, diyakini bahwa China juga bekerja untuk mengembangkan platform tak berawak seperti kapal permukaan, pesawat layar jarak jauh, dan stasiun penelitian di dasar Laut China Selatan yang disengketakan.

Baca Juga: Jadi Ratu Sejak Bayi, Begini Tragisnya Kehidupan Ratu Skotlandia Mary: Disiksa Suami, Dikhianati Anak dan Saudaranya Sendiri hingga Dieksekusi Secara Kejam

Serta, drone yang mampu terbang di atas dan di bawah permukaan Laut China Selatan.

Dari semua itu, tampaknya China telah menggunakan kapal selam drone di Laut China Selatan selama bertahun-tahun untuk melakukan operasi pengawasan dan pengintaian bawah air.

Pada Desember 2020, The Guardian melaporkan bahwa Kendaraan Bawah Air tak berawak (UUV) China ditemukan di dekat Pulau Selavar di Sulawesi Selatan, Indonesia.

Pakar militer Indonesia mengklaim itu adalah UUVChinese Sea Wing (Haiyi).

Baca Juga: Jadi Ratu Sejak Bayi, Begini Tragisnya Kehidupan Ratu Skotlandia Mary: Disiksa Suami, Dikhianati Anak dan Saudaranya Sendiri hingga Dieksekusi Secara Kejam

Chinese Sea Wing (Haiyi) merupakan UVV yang diproduksi oleh Shenyang Institute of Automation di Chinese Academy of Sciences.

Kendaraan bawah laut tak berawak tersebut diyakini mampu mengumpulkan data penting seperti suhu, salinitas, kekeruhan, dan kadar oksigen air secara real-time.

Data yang dikumpulkan dari UUV dapat digunakan untuk pengoperasian kapal selam yang efektif.

Terkait kapal selam tak berawak, China sendiri selama dua dekade terakhir telah banyak berinvestasi untuknya.

Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila, Selama Rezim Orde Baru Citra Bung Karno Ditekan Sedemikian Rupa

Pada Juli 2018, direktur program rahasia di Shenyang Institute of Automation, mengungkapkan rincian Proyek 912-nya.

Proyek tersebut menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan misi pengawasan, peletakan ranjau, dan serangan, menurut Military and Aerospace Electronics.

Banyak ahli berpendapat bahwa China sangat mengembangkan kapal selam independen berkemampuan AI.

Seperti kendaraan bawah air tak berawak ekstra besar (XLUUVs) untuk melawan meningkatnya kehadiran AS di Indo-Pasifik.

Baca Juga: Buang Kotoran Manusia yang Menjijikkan Ini Tepat di Depan Mata Negara-negara Asia Tenggara, China Kian Tak Bisa Berbohong, Jejak Limbah Mereka Sampai Kelihatan di Luar Angkasa

Pada tahun 2018, China dilaporkan meluncurkan rencananya untuk mengembangkan pangkalan bawah laut yang disimulasikan AI, yang terdiri dari kapal selam independen.

Di bawah pangkalan tersebut, kapal selam drone simulasi AI akan melakukan misi pengawasan, mengunduh data yang dikumpulkan, mengisi ulang sendiri dan berhasil kembali ke pangkalan.

Pangkalan yang diusulkan untuk dikembangkan pada kedalaman 36.000 kaki tersebut akan mampu mengumpulkan data mengenai sekitarnya.

Juga memproses data yang dikumpulkan dan secara efektif mengirimkannya ke titik yang ditentukan, kapal atau pangkalan darat.

Baca Juga: Sejarah Hari Lahir Pancasila, Selama Rezim Orde Baru Citra Bung Karno Ditekan Sedemikian Rupa

(*)

Artikel Terkait