Intisari-online.com -Bukan rahasia jika industri senjata Israel memang termasuk juara.
Tidak heran, hal ini awalnya karena Israel sendiri selalu hidup dalam ancaman.
Mereka tidak punya hubungan harmonis dengan tetangganya seperti Suriah, Yordania, Mesir, sampai Arab Saudi.
Serta, musuh utama Israel, Iran, yang mantan Presidennya, Mahmoud Ahmadinejad, sempat menyebut Israel sebaiknya hilang saja selamanya.
Mau tidak mau mereka membangun sistem senjata yang canggih dan kuat.
Lambat laun, senjata mereka kian terkenal karena sangat kuat bahkan disebut salah satu yang terbaik.
Kini, banyak negara melirik Israel yang punya sistem senjata hebat.
Senjata mereka laris manis di luar negeri, seperti dilaporkan Asosiasi Industri Persenjataan Israel (IWI), senjata Israel diborong India senilai 118 juta Dolar AS Maret lalu.
Uang itu mendapatkan 16.479 unit senjata jenis NEGEV NG7 kaliber 7.62 mm.
Tidak mengejutkan jika India terang-terangan membeli senjata dari negara Israel, karena India adalah salah satu negara pendukung Israel.
Ya, aksi genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza atau Tepi Barat didukung penuh oleh India, yang memiliki kebencian yang sama terhadap Umat Muslim.
Sementara itu, yang tidak diketahui banyak orang adalah Indonesia sendiri ternyata juga sudah sering memesan senjata dari Israel.
Bahkan, hal ini tidak dilakukan satu atau dua kali, tetapi berkali-kali saja.
Tentunya hal ini sangat kontras dengan sikap Indonesia yang terang-terangan menyatakan kebencian terhadap Israel atas aksi mereka di Palestina.
Tahun 2020 lalu nilai impor senjata dan amunisi HS 891 Indonesia dan Israel mencapai 1,33 juta Dolar AS berdasarkan data BPS.
Lantas, apa saja senjata dari negara yang berulang kali diharamkan Indonesia itu?
Baca Juga: Sudah Gencatan Senjata, Israel Tangkap Pemimpin Hamas di Tepi Barat dengan Tuduhan Ini
Galil Galatz
Galil Galatz adalah senapan andalan sniper Kompi Intai Tempur (Kitaipur) Kostrad TNI AD buatan Israeli Military Industries (IMI).
Pembelian senapan ini sempat ramai karena Indonesia membelinya dari Israel.
Senapan yang sering disebut dengan sebutan Galatz selain dipakai oleh Kostrad, juga dipakai oleh Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut (AL) dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat (AD).
Senapan lahir pada tahun 1983, dikembangkan dari senapan serbu Galili mengadopsi peluru berkaliber 7.62 x 51 mm NATO.
IWI Tavor
Baca Juga: Tavor, Senapan Serbu Israel yang Dipakai Pasukan Khusus 30 Negara, Seberapa Hebat?
Senjata kedua adalah Tavor yang diproduksi oleh Israel Weapon Industries (IWI).
Tavor lahir pada tahun 2001 dan dipilih oleh Pasukan Pertahanan Israel tahun 2009 menggantikan M-16 dan M-4 buatan AS sebagai senapan lini pertama.
Tavor bisa menembakkan peluru NATO 5,56x45 milimeter, tapi juga bisa dipakai untuk amunisi 9 milimeter.
Tavor dilengkapi dengan magasin yang ada di bagian popor, bentuknya juga terkesan lebih futuristik dibanding senjata serupa yaitu AUG Steyr, SAR21 dan FAMAS.
Prinsip kerja Tavor serupa dengan senapan serbu (assault rifle) bullpup TNI lain seperti Steyr, SAR21 dan FAMAS.
Kesamaannya adalah mengusung gas operated dalam mekanisme rotating bolt.
Senjata ini dipakai oleh Brimob Polri, meskipun dalam laman Wikipedia Tavor tidak disebut Indonesia sebagai salah satu negara penggunanya.
Aerostar TUAV
Senjata berikutnya adalah drone intai yang menjadi unggulan Skuadron Udara 51 TNI AU, yaitu Aerostar TUAV.
Kedatangan drone ini ke Indonesia mulai ramai dibicarakan sejak tahun 2012, disebut-sebut dulunya Indonesia akan mengakuisisi 4 unit Heron dengan kemampuan MALE (medium altitude long endurance).
Namun Heron belum tampak di Indonesia sampai sekarang.
Nama TUAV atau Tactical Unmanned Aerial Vehicle didapat atas dasar identitas tactical dalam perannya sebagai eksekutor dari peran intelijen, pengintaian udara dan akuisisi target.
Drone ini bisa mengintai dan melakukan tugas intelijen secara real time pada cakupan wilayah yang luas dalam waktu lama.
A-4 Skyhawk
Nama senjata lain begitu melekat dengan mantan Presiden Soeharto dan Benny Moerdani.
Benny Moerdani mencetuskan membeli pesawat bekas A-4 Skyhawk dari Israel kala itu.
Karena tidak pernah ada hubungan diplomatik antara Israel dan Indonesia, maka disusunlah operasi intelijen Alpha guna membawa 32 pesawat Skyhawk ke Indonesia.
Pembelian ini memberangkatkan 70 pilot sejak pertengahan 1979 dan 32 pesawat itu akhirnya berhasil dipamerkan di HUT ABRi 5 Oktober 1980.
Operasi Alpha menggunakan beberapa kali aksi transit, pertama para pilot terbang ke Frankfurt, Jerman, kemudian beberapa kali ganti pesawat sampai akhirnya tiba di Ben Gurion, Tel Aviv, Israel.
Sedangkan untuk jaur pulang mereka lewat Washington kemudian ke Arizona guna masuk ke pangkalan militer marinir AS US Marine Corps.
Setelah masuk ke Indonesia, A-4 Skyhawk disebarkan ke beberapa wilayah, dan menjadi skuadron pertama pesawat tempur yang ada di luar Jawa.
Pesawat itu juga menjadi andalan TNI AU pada masanya.