Intisari-online.com -Jejak penduduk umat Muslim di Timor Leste cukup kuat tapi tidak terdeteksi.
Tahun 2004 lalu, tercatat pemerintah Timor Leste berhasil menyelesaikan pengusiran lusinan umat Muslim terakhir.
Mereka semua mengaku mereka adalah warga Timor Leste, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Para pengungsi itu telah tinggal di Timor Leste sebelum mereka pisah dari Indonesia selama referendum kemerdekaan Timor Leste.
Isu ini telah sangat sensitif di Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim paling banyak di dunia.
Media lokal Indonesia menyebut deportasi ini dilakukan didominasi oleh permusuhan Katholik Timor Leste terhadap Islam.
Sedangkan Jakarta kala itu tidak menganggap para pengungsi sebagai warga Indonesia.
Tidak ada diskriminasi
Timor Leste yang kala itu memiliki perdana menteri Muslim dan telah mencari cara membangun hubungan baik dengan Indonesia mengatakan isu itu tidak ada hubungannya dengan agama.
Petugas imigrasi Carlos Geronimo mengatakan umat Muslim membangun rumah dan sekolah di sekitar masjid An-Nur, satu-satunya masjid di Timor Leste.
Namun tidak ada yang memiliki izin tinggal di Timor Leste.
"Hari ini, kami memulangkan 184 orang. Terlepas dari yang sakit, kami telah mengirimkan mereka semua pulang," ujar Geronimo, menyebut kelompok yang digusur dari pengungsian di sekitar masjid yang ada di Dili itu.
Latar belakang
Timor Leste menjadi resmi merdeka pada Mei 2002.
Mereka merdeka setelah dikuasai pemerintahan kolonial Portugis selama satu abad.
Kemudian mereka juga mengalami aneksasi Indonesia 24 tahun dan lebih dari 2 tahun administrasi transisi PBB.
Hasil pemungutan suara oleh warga Timor Leste pada Agustus 1999 untuk lepas dari Jakarta memicu kerusuhan oleh geng yang didukung oleh militer Indonesia.
PBB memperkirakan hampir 1000 orang terbunuh dalam kekerasan di sekitar referendum tersebut.