Intisari-online.com -Indonesia adalah negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak di dunia.
Tidak mengherankan, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebelum Covid-19 menyerang sebanyak 267 juta jiwa.
Hanya China, India dan AS yang mengalahkan jumlah penduduk Indonesia dan sebagian besar penduduk ketiga negara itu tidak beragama Islam.
Namun siapa sangka, negara Timor Leste yang dulunya menjadi satu dengan Indonesia ini tidak didominasi oleh umat Islam.
Bahkan di Bumi Lorosae, agama Islam makin terkikis.
Padahal disebutkan oleh Ambarak A Bazher dalam bukunya berjudul "Islam di Timor Timur", ternyata Islam sudah ada di Dili, ibukota Timor Leste, jauh sebelum kedatangan Portugis tahun 1512.
“Pasukan Portugis terusir dari Gowa, Sulawesi Selatan, mereka tiba di Dili dan disambut oleh pemimpin masyarakat setempat yang bernama Abdullah Afif,” tulisnya.
Nama pemimpin masyarakat Dili yang penuh nuansa keislaman itu tunjukkan kesan jika warga setempat sudah mengenal Islam dan ada orang Arab yang tinggal di Dili.
Catatan sejarah mencatat berbagai teori mengenai kedatangan Islam.
Salah satunya menyebut datangnya bersamaan dengan penyebaran Islam oleh para pedagang Arab yang berlayar sampai ke pulau-pulau dekat dengan Maluku melalui jalur laut di selatan Sulawesi.
Dugaan lainnya adalah dilakukan oleh para ulama dari kerajaan-kerajaan Islam di sekitar Dili, seperti Gowa-Tallo, Ternate, dan bahkan Samudra Pasai.
Penduduk Arab datang ke Timor Leste, mereka adalah pendatang Arab Hadramaut yang tiba di Timor Leste sebelum Portugis.
Mereka baru menetap pada abad ke-17, dan setidaknya ada 26 keluarga Arab Hadramaut yang menetap di Dili sejak 1678 sampai 1975.
Mereka segera dicurigai oleh pemerintah kolonial Portugis, beberapa bahkan dipenjara tanpa sebab.
Arab Hadramaut kemudian tinggal di Kampung Alor, Dili bagian barat sejak abad ke-19.
Daerah itu menjadi pendaratan Marinir Indonesia dalam serangan ke Dili.
Portugis benar-benar mengubah wajah Islam di Timor Leste, dan kekuatan kolonialis mematikan budaya dan pengikut Islam.
Kemudian Portugis gencar melakukan Kristenisasi di daerah-daerah yang belum terjamah oleh Islam.
Kini jumlah Muslim yang tinggal di Timor Leste hanya ada 5000 jiwa, atau 3% dari total penduduk Timor Leste.
Rupanya hal ini karena banyak penduduk Muslim yang tinggal di Dili berasal dari Pulau Jawa yang ikut program transmigrasi pemerintah.
Kemudian ketika terjadi referendum, warga balik ke tempat asal.
Muslim Timor Leste makin terkikis karena seperti dikutip dari Etan.org, saat puncak kekacauan Timor Leste dan para milisi mengamuk, kaum Muslim berlindung di sebuah masjid di Dili.
Mereka terus hidup di sana sampai saat ini, takut dengan orang-orang yang mencurigai mereka sebagai pendukung Indonesia.
Tahun 2001 lalu, terjadi serangan ke masjid di Dili tersebut yang dikutip oleh reliefweb.int, menyebabkan pejabat senior dari Administrasi Transisi PBB di Timor Leste (UNTAET) mengutuk serangan tersbeut.
"UNTAET berkomitmen membangun masyarakat damai menjunjung demokrasi di Timor Leste," ujar pelaksana tugas ketua Administrasi Transisi Jean-Christian Cady dalam pernyataannya dikutip reliefweb.int.
"Jantung demokrasi tersusun toleransi dan perlindungan hak minoritas. Minoritas Muslim di Timor Leste akan menikmati hak dan keuntungan yang sama dengan kaum beragama, sosial atau etnis lain, termasuk perlindungan dari otoritas.:
Masjid Anur adalah nama masjid tersebut dan kejadian penyerangan saat itu adalah 200 penghuninya jadi sasaran insiden pelemparan batu pada 1 dan 2 Januari 2001.
Pelakunya adalah 40 pria Timor Leste.
Masalah dimulai setelah penyerang menolak akses kepada salah satu mobil milik orang yang tinggal di masjid tersebut.
Dulunya tokoh-tokoh terkemuka Timor Leste seperti Pendeta Carlos Belo dan Xanana Gusmao serta Jose Ramos-Horta mengunjungi satu-satunya masjid di Timor Leste itu untuk memberikan dukungan.