Digadang-gadang Jadi Alat Tes Covid-19 Murah Meriah, Pakar Minta Penggunaan Tes GeNoSe Dihentikan Sementara, Timbulkan Rasa Aman Palsu?

Maymunah Nasution

Editor

Layanan Genose di Stasiun Cikampek, Jawa Barat
Layanan Genose di Stasiun Cikampek, Jawa Barat

Intisari-online.com -Alat tes Covid-19 dari Universitas Gadjah Mada (UGM) GeNoSe diminta oleh pakar biologi molekuler Ahmad Utomo untuk dihentikan penggunaannya.

Sebelumnya alat ini sudah diizinkan dipakai syarat perjalanan di semua moda transportasi, menjadi alternatif bagi antigen dan PCR sejak 1 April 2021.

Pemerintah mengatur kegunaannya berdasarkan Surat Edaran (SE) Nomor 12 Tahun 2021 mengenai Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Alasan Utomo adalah menunggu hasil validasi eksternal dari UGM.

Baca Juga: Saat Virus Corona Varian Delta Menjadi Ancaman Baru Dunia, Hampir Semua Negara Asia Tenggara Termasuk Indonesia Babak Belur, Timor Leste Justru Disebut Lebih Aman, Ini Alasannya

Rencananya validasi eksternal dilaksanakan secara independen oleh tim peneliti dari institusi non-UGM sampai April 2021.

"Ini sudah Juni, sejak Februari belum ada hasilnya. Ini kampus kita benar-benar merdeka ndak untuk melaporkan hasilnya," kata Utomo dilansir dari Kompas.com, Senin (21/6/2021).

Padahal alat ini sudah digunakan sebagai alat verifikasi perjalanan waktu mudik.

Banyak netizen membagikan testimoni sebagai calon penumpang moda transportasi menggunakan tes GeNoSe untuk mendapatkan hasil negatif Covid-19.

Baca Juga: Pantas China Sangat Cepat Atasi Covid-19 di Negaranya, Rupanya Negari Panda Gunakan Cara Berani Ini Untuk Lindungi Rakyatnya dari Covid-19

Pasien positif Covid-19 hasil swab antigen memilih menggunakan GeNoSe untuk melakukan perjalanan karena hasil tesnya negatif.

Utomo menghubungkan hal ini dengan ledakan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan.

"(GeNoSe) harus dihentikan. Kita harus mencari masalah ledakan kasus, semua potensi masalah harus dicari. Apalagi tes kita masih lemah, tracing lemah, apalagi orang bisa ke mana-mana hanya berdasarkan GeNoSe," jelas dia.

Utomo menyarankan screening perjalanan menggunakan alat yang sudah disetujui WHO, tes PCR dan antigen.

Baca Juga: Vaksinasi Indonesia Dipertanyakan, Meski Sudah Lakukan Vaksinasi Nyatanya Indonesia Tetap Alami Lonjakan Covid-19 Masih Tinggi Sampai Mendapat Sorotan Dunia Begini

Namun Utomo mengatakan akurasi bukan penyebab utama GeNoSe seharusnya dihentikan.

"Karena harus diakui, apa pun tesnya, bahkan PCR pun bisa meleset, karena banyak faktor juga," ujar Ahmad Utomo.

"GeNoSe boleh dipakai, Indonesia boleh berbeda dari negara lain, tapi tunjukkan dong hasil validasi ekstenal. Kalau memang kampus kita dipercaya dan benar-benar merdeka dan hasilnya bagus, ya pakai," lanjut dia.

GeNoSe menggunakan embusan napas guna menentukan terjadinya infeksi Covid-19.

Baca Juga: Demi Berantas Covid-19, Indonesia Kembali Berutang Rp13 Triliun dari Bank Dunia, Rupanya Inilah Jumlah Bunga yang Harus Dibayar Pemerintah dalam Setahun, Sudah Tembus Ratusan Triliun

Dengan sistem kecerdasan buatan (AI) alat itu diklaim bisa menentukan hasil dalam waktu 80 detik saja.

Pola senyawa yang dideteksi adalah VoC, Volatile Organic Compound yang ada di embusan napas manusia.

VoC orang sehat dan sakit memiliki pola yang berbeda.

GeNoSe dilengkapi 10 sensor utama, mampu mengukur perbedaan kadar VoC lebih sensitif.

Baca Juga: Selama Ini Dituding Tak Transparan Soal Penyelidikan Asal-usul Covid-19, Kini China Tunjuk Balik AS untuk Diselidiki, Curigai Produk Ini yang Bawa Virus Corona ke China

Artikel Terkait