Intisari-Online.com - Ternyata di Timor Leste juga ada tradisi mahar pernikahan yang biasanya berjumlah cukup fantastis.
Di Indonesia, kita sering mendengar tentang 'Uang Panai', tradisi mahar pernikahan dalam adat suku Bugis Makassar di Sulawesi Selatan.
Adanya uang panai dalam tradisi orang Bugis berlaku sejak dulu hingga sekarang.
Beberapa berita viral mungkin pernah Anda dengar tentang uang panai adat Bugis.
Saking besarnya jumlah uang panai seringkali membuat orang-orang di luar Makassar akan terkejut dengan hal tersebut.
Namun, bagi masyarakat Bugis, uang panai merupakan mahar yang harus dibayarkan pria yang ingin melamar wanita idamannya.
Uang panai yang harus dibayarkan para pria memiliki kelas sesuai dengan strata sang wanita, mulai dari kecantikan, keturunan, pendidikan, hingga pekerjaannya.
Lalu, bagaimana dengan tradisi mahar pernikahan di Timor Leste yang dikenal sebagai 'Barlarke'?
Rupanya, dengan besarnya Barlarke di Timor Leste, menjadikan pernikahan sebagai salah satu pengeluaran terbesar di bekas wilayah Indonesia ini.
Bahkan, sebagian orang menunda pernikahan karena belum punya cukup uang untuk menyelenggarakan pernikahan sesuai tradisi.
Bagaimanapun, melangsungkan pernikahan tanpa menjalankan tradisi yang telah dianut di sana bukanlah pilihan yang banyak diambil.
Orang-orang Timor Leste banyak menggunakan uang yang mereka hasilkan untuk kebutuhan pernikahan.
Melansid The Conversation(26/12/2019), Program Kerja Musiman yang diadakan Australia menjadi salah satu yang membantu orang Timor Leste menghasilkan uang, di mana dari penghasilan ini orang Timor Leste banyak membelanjakannya untuk pernikahan.
"Barlake" sendiri berasal dari kata Tetum yang dapat diterjemahkan sebagai "mas kawin", atau "harga pengantin", meskipun pertukaran biasanya dua arah antara keluarga pengantin.
Ini agak berbeda dengan uang Panai di Makkasar yang ditujukkan dari mempelai pria ke wanita.
Hadiah 'Barlake' biasanya berupa uang tunai, kambing, babi, kerbau, uang logam kuno, piringan emas atau perak, pedang, patung santo Katolik, kalung koral, rempah-rempah, lemari pakaian, tempat tidur, kasur, bahkan rumah.
Total pengeluaran untuk pernikahan tradisional Timor Leste, termasuk untuk barlake, bisa mencapai US$5.000 hingga US$20.000 (sekitar Rp 72 juta hingga Rp 280 juta), tergantung pada latar belakang sosial ekonomi keluarga pasangan.
Jika dibandingkan dengan upah minimum Timor Leste per bulan, maka jumlah tersebut bisa mencapai 174 kali lipatnya. Upah minimum Timor Leste sekitar US$115 per bulan.
Sementara sebagian besar penduduk tidak bekerja secara formal.
Namun, bagi kebanyakan orang Timor, mengadakan pernikahan tanpa pernikahan tradisional tidak terpikirkan.
Itu karena tradisi pernikahan di sana mengkonsolidasikan salah satu hubungan sosial yang paling penting dan merupakan platform yang digunakan untuk mengelola utang sosial.
Bahkan, banyak orang lebih memilih untuk menunda pernikahan daripada tidak menjalankan tradisinya, meskipun pasangan telah memiliki anak.
Dilaporkan, sebuah penelitian terhadap pekerja musiman dari Australia yang telah kembali ke Timor, menemukan bahwa setengah dari “kewajiban adat” dinilai sebagai salah satu dari lima penggunaan teratas dari dana yang mereka kirim.
Penggunaan untuk pernikahan menempati daftar teratas bersama dengan penggunaan untuk modal bisnis, membeli kendaraan, membeli tanah dan perbaikan rumah.
(*)