Intisari-Online.com - Berbagai negara di dunia kewalahan menghadapi pandemi Covid-19.
Pasien Covid-19 membludak sementara rumah sakit kekurangan ruangan dan fasilitas pendukung lainnya.
Seperti yang terjadi di India dan membuat negara ini menjadi sorotan dunia belakangan ini.
Munculnya varian baru virus corona juga membuat situasi semakin sulit terkendali.
Bukan hanya negara-negara yang sejak awal mengalami kesulitan menghadapi pandemi saja.
Bahkan, negara-negara yang sempat dipuji karena kesuksesan mereka mengendalikan Covid-19 pun kini ikut kewalahan.
Dikutip dari BBC Indonesia, sembilan negara di kawasan Asia Pasifik yang dulu dipuji karena penanganan pandemi Covid-19, justru kini ikut kewalahan.
Mereka disebut mampu mengatasi Covid-19 pada tahun 2020 dan strategi mereka diikuti negara-negara lain di dunia.
Negara-negara tersebut menerapkan cara-cara mengendalikan pandemi melalui tindakan agresif seperti penguncian ketat dan pelacakan kontak.
Strategi mereka mengendalikan Covid-19 membuahkan hasil cukup memuaskan.
Pada awal pandemi, kasus Covid-19 di sembilan negara ini relatif rendah.
Korea Selatan 149.191 kasus Covid-19, Jepang 777.979 kasus, Tawian 13.241 kasus, Hong Kong 11.880 kasus, dan Vietnam 11.304 kasus.
Selanjutnya Covid-19 di Singapura 62.315 kasus, Australia 30.286 kasus dan Selandia Baru paling rendah 2.711 kasus.
Australia merupakan negara yang paling ketat mengontrol perbatasan.
Bahkan, negara itu melarang warganya yang berada di luar negeri untuk kembali karena dikhawatirkan membawa virus.
Kemudian, jika mendeteksi ada kasus baru, Australia langsung melakukan pelacakan kontak (tracing) demi mencegah penularan.
Begitupun dengan Singapura yang memiliki sistem pengawasan polisi yang sangat mumpuni sehingga efektif dalam memutus rantai penularan dengan cepat.
Selandia Baru yang memberlakukan penguncian ketat juga menjadi negara yang bebas Covid-19.
Namun, kini negara-negara tersebut ikut kewalahan.
Disebut, keberhasilan negara-negara tersebut menghadapi pandemi Covid-19 membuat mereka lengah.
Salah satunya terlihat dari sejumlah kebijakan pelonggaran yang teralu dini diterapkan.
Seperti yang dilakukan Australia, dengan melonggarkan kebijakan penguncian dan semua tempat dapat kembali ke keadaan normal.
Pada Juni 2020, Selandia baru mencabut hampir semua kebijakan jaga jarak sosial.
Negara-negara lain yang mengalami penurunan kasus pun mulai melonggarkan kebijakan pembatasan mereka.
Kelengahan tersebut berdampak pada tahun kedua pandemi, 2021, di mana negara-negara itu harus menghadapi varian virus yang lebih kuat hingga menembus pertahanan yang mapan dan menciptakan wabah terburuk di beberapa negara.
Sementara itu, sejumlah negara kian maju pesat dengan program vaksinasi dan mulai membuka diri lagi secara bertahap, tapi kemudian harus menghadapi gelombang Covid-19 yang dahsyat.
Seperti Taiwan yang ketika sedikit melonggarkan aturan karantina untuk pilot maskapai penerbangan membuat wilayah itu kemudian mengalami gelombang Covid-19 yang dahsyat hingga terpuruk.
Vietnam juga mengalami peristiwa serupa. Varian baru Covid-19 bergerak cepat hingga memunculkan banyak klaster.
Kondisi tersebut diperburuk oleh pertemuan komunitas.
Begitu juga dengan Korea Selatan dan Jepang mencapai puncak gelombang Covid beberapa bulan lalu.
Selain strategi yang efektif untuk mengendalikan pandemi Covid-19, ternyata mempertahankan kewaspadaan juga penting.
Situasi di sejumlah negara yang tampak mapan dalam mengendalikan pandemi, justru berbalik ketika mereka mulai lengah.
(*)