Gaji 4 Bulan 'Mampet', Makanan dan Air Bersih pun Kian Menipis, 20 ABK Indonesia Terombang-ambing di Laut Timor Leste, Ada Apa Gerangan?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ilustrasi ABK di kapal Ocean Star. Awak kapal meminta pertolongan.  Pemicunya, karena nasibnya tidak menentu selama di perairan Timor Leste.
Ilustrasi ABK di kapal Ocean Star. Awak kapal meminta pertolongan. Pemicunya, karena nasibnya tidak menentu selama di perairan Timor Leste.

Intisari-Online.com - MT Ocean Star dengan bobot 5.342 gros ton merupakan kapal berbendera Mongolia yang dioperasikan PT Niaga Shipping Internasional, berkedudukan di Jakarta.

Kapal tersebut bertolak dari perairan Batam pada 8 Maret 2021 menuju Dili, Timor Leste, dalam kondisi tanpa muatan.

Wahyu Haryo dan Pandu Wiyoga dalam artikelnya 'Nasib 20 ABK Indonesia Terkatung-katung di Perairan Timor Leste'yang dimuat di Kompas.id menyebut bahwa kapal bertolak ke Timor Leste pada 2 April dan tiba di perairan Dili pada 3 April.

Herman, Kapten Kapal MT Ocean Star, mengakui, sejak tiba di perairan Dili sudah berkomunikasi dengan pihak Nezia Edirma LDA di Timor Leste yang mencarter kapal.

Baca Juga: Orang Timor Leste yang Ramah Sangat Bangga akan Kemerdekaan Mereka, Jangan Sekali-kali Menolak Jika Ditawari Makanan atau Minuman, Tapi Tunggu Ini Dulu!

Seluruh awak kapal sudah menjalani tes antigen dan kapal disuplai logistik berupa bahan makanan, air bersih, dan bahan bakar minyak (BBM).

Awak kapal tidak bisa merapat ke daratan Timor Leste karena kebijakan lockdown pemerintah setempat.

Meski tidak ada operasional kegiatan bongkar muat minyak selama di perairan Dili, kapal sempat disuplai logistik.

Namun, seiring berjalannya waktu, suplai logistik menipis.

Baca Juga: Walau Dikenang Karena Kebrutalannya Saat Melakukan Invasi ke Timor Leste, Ternyata Hanya Indonesia yang Justru Berjasa Berikah Hal Ini Secara Nyata di Timor Leste

Para awak kapal pun berusaha bertahan dengan cara berhemat.

"Kami makan seadanya. Air bersih habis hingga kami mengandalkan air hujan."

"BBM nyaris habis, tinggal satu drum untuk penerangan seadanya. Kami bertahan dengan bantuan makanan dan minuman yang dikirim pihak KBRI,” kata Herman, saat dihubungi Rabu (16/6/2021) malam.

Di luar persoalan logistik dan ketidakpastian nasib di Timor Leste, para awak kapal juga mengeluhkan gaji mereka yang tidak dibayar selama empat bulan terakhir.

Baca Juga: Invasi Indonesia di Timor Leste: Operasi Militer Berskala Besar yang Pernah Dilakukan Indonesia, Didahului Misi Intelijen

Mereka baru sekali menerima gaji, sejak direkrut pada Februari 2021.

Dengan kondisi yang tidak menentu itu, mereka berharap bisa mendapatkan haknya dan pulang ke Tanah Air.

Apalagi kondisi kesehatan beberapa kru kapal mulai menurun.

Menindaklanjuti hal itu, pihak KBRI di Dili berupaya memfasilitasinya dengan meminta pihak Nezia Edirma di Dili agar mengirimkan logistik.

Baca Juga: Meski Tidak Berguna di Luar Timor Leste, Inilah Sejarahnya Mengapa Bahasa Tetum Jadi Bahasa Nasional Timor Leste

Pihak KBRI di Dili sudah melaporkan persoalan ini kepada Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia di Kementerian Luar Negeri.

KBRI di Dili juga meminta bantuan Kementerian Luar Negeri Timor Leste agar turut memfasilitasi penyelesaian persoalan ini.

Sementara itu, Direktur Utama PT Niaga Shipping Internasional Nia Wulandari Bagus saat dihubungi di Batam, menyatakan, MT Ocean Star bakal difungsikan sebagai floating storage di Dili.

Persoalan yang menimpa awak kapal itu, menurut dia, di luar unsur kesengajaan.

Pihaknya tidak bisa datang dan menangani secara langsung persoalan di Dili karena di sana masih lockdown.

Baca Juga: Meski Masih Terpencil, Timor Leste Jadi Tempat yang Menarik untuk Dikunjungi dari Segi Warisan dan Budaya, Ini Beberapa Tempat yang Wajib Disambangi

(*)

Artikel Terkait