Penulis
Intisari-Online.com - Timor Leste pernah berintegrasi dengan Indonesia, yaitu antara tahun 1976 hingga 1999.
Itu terjadi setelah invasi Indonesia di Timor Leste yang dimulai 7 Desember 1975.
Saat itu di Timor Leste terjadi perang saudara, di mana rakyat wilayah berjuluk 'Bumi Lorosae' ini terpecah menjadi beberapa kubu.
Ada kubu yang menginginkan kemerdekaan, di sisi lain ada yang menginginkan integrasi dengan Indonesia.
Fretilin menjadi partai Timor Leste yang mendeklarasikan kemerdekaan wilayah tersebut pada 28 November 1975.
Sementara kelompok pro-integrasi dengan Indonesia membuat deklarasi kemerdekaan tandingan yang dikenal sebagai 'Deklarasi Balibo', ditandatangani wakil dari partai APODETI dan UDT, pada 30 Desember 1975.
Kurang lebih seminggu setelah peristiwa itu, dimulai invasi Indonesia di Timor Leste yang mengakhiri kemerdekaan yang dideklarasikan Fretilin.
Invasi yang dikenal sebagai 'Operasi Seroja' dan berhasil menjadikan Bumi Lorosae bagian wilayah Indonesia ini juga didahului oleh sebuah misi intelijen.
Berlangsungnya Operasi Seroja
Operasi Seroja merupakan operasi militer berskala besar yang pernah dilakukan Indonesia.
Operasi militer tersebut melibatkan pasukan khusus gabungan, dengan pasukan Lintas Udara Kostrad dan Kopassandha memulai invasi dengan mengeruduk Dili dari langit.
Selain Lintas Udara (Linud), dalam operasi seroja juga dipraktikkan berbagai taktik militer, baik operasi Clandestine maupun pendaratan Amphibi oleh Korps Marinir.
Fretilin, yang mendukung kemerdekaan Timor Leste, saat itu merupakan musuh yang dihadapi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Pasukan Fretilin berusaha melawan dan menimbulkan jatuhnya korban tak sedikit dari ABRI.
Namun, menghadapi kemampuan tempur para personel ABRI yang jauh di atas mereka, akhirnya Fretilin kewalahan hingga terpaksa mundur ke hutan.
Invasi Indonesia ke Timor Leste berhasil dan wilayah tersebut secara resmi menjadi bagian Indonesia pada tahun 1976.
Proses integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia secara resmi disahkan melalui UU no 7 tahun 1976 tentang penyatuan ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I di Timor Timur.
Namun, pertempuran antara pasukan Indonesia dan Fretilin masih belum berakhir meski Timor Leste telah resmi menjadi provinsi ke-27 RI.
Tentara Indonesia masih harus menghadapi perlawanan Fretilin hingga bertahun-tahun kemudian.
Pada 1978, setelah invasi tersebut, tentara Indonesia membentuk pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit untuk memburu pimpinan Fretilin, Nicolao Lobato.
Batalyon tersebut berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas).
Operasi Seroja Didahului Misi Intelijen
Sebelum operasi militer pada 7 Desember 1975, Indonesia lebih dulu meluncurkan misi intelijen ke Timor Leste, bernama Operasi Komodo.
Dalam buku Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia (2004) karya Rosihan Anwar, disebutkan bahwa Ali Moertopo memimpin pasukan dalam Operasi Komodo yang bertujuan untuk integrasi Timor Timur ke Indonesia.
Operasi Komodo merupakan misi intelijen yang dilakukan oleh perwira perwira TNI.
Pasca Operasi Komodo, Indonesia barulah melancarkan Operasi Seroja.
Baca Juga: Kronologi Agresi Militer Belanda 1 hingga Penjajah Belanda Kuasai Perkebunan di Jawa dan Sumatra
(*)