Intisari-Online.com - Ai Pelo Prison atau penjara Ai Pelo adalah penjara kolonial Portugis akhir abad kesembilan belas yang bersejarah di Lauhata, Timor Leste.
Penjara dengan gaya neoklasik ini sudah tidak aktif sejak 1939 dan sekarang menjadi reruntuhan.
Ai Pelo sendiri berasal dari bahasa lokal Timor Leste dan memiliki arti 'air pahit.'
Air pahit adalah kiasan untuk menggambarkan perlakuan buruk yang terjadi di penjara.
Penjara yang dibangun pada 1889 tersebut dulunya digunakan untuk menampung baik penjahat biasa maupun tahanan politik.
Selain itu, tempat iru juga berfungsi sebagai markas administrasi dan bea cukai untuk administrasi kolonial Portugis.
Tahanan Ai Pelo termasuk warga sipil yang menolak melakukan kerja paksa atau membayar pajak.
Gubernur Jose Celestino da Silva (menjabat 1894–1908) memerintahkan agar beberapa Liurai Timor dikirim ke Ai Pelo.
Di antara tahanan lain yang ditahan adalah orang Portugis yang dideportasi Manuel Viegas Carrascalao , yang kemudian dibebaskan karena berperilaku baik.
Tahanan ditempatkan di bawah tanah, terendam sampai lutut di air asin dari laut terdekat.
Penganiayaan dikatakan telah menjadi praktik umum, dan termasuk mencampur pecahan kaca dengan makanan narapidana.
Selama Perang Dunia II, bom Australia dan Jepang jatuh di bangunan penjara tersebut.
Setelah invasi Jepang ke Timor Portugis pada tahun 1942, bangunan penjara yang tahan hujan lebat diubah oleh Jepang menjadi pos komando.
Setelah Perang Dunia II berakhir, bangunan yang rusak tidak dipulihkan.
Pada Mei 2012, bertepatan dengan peringatan 10 tahun pemulihan kemerdekaan Timor Timur, dan seratus tahun Perang Manufahi, Menteri Kebudayaan meluncurkan proyek restorasi yang bertujuan mengubah reruntuhan Penjara Ai Pelo menjadi museum.
Selama tahun itu, sebuah pameran sementara tentang sejarah bangunan dikembangkan dan dipasang.
Rencana proyek tersebut termasuk pembangunan museum kecil, tempat untuk menjual produk lokal dan restoran dan kedai kopi.
(*)