Wanita Palestina juga menghadapi bentuk pengabaian yang ekstrem di penjara, seperti otoritas penjara Israel yang menolak untuk memberikan “produk sanitasi yang diperlukan” kepada tahanan wanita Palestina, kata Yusef.
Dalam kasus perempuan di bawah umur yang ditahan di penjara-penjara Israel, “hal-hal yang menonjol adalah efek mental dari pelecehan semacam itu, dikombinasikan dengan rasa malu atas seluruh cobaan itu,” tambah Yusef.
Sementara itu, Ahed sendiri telah mengungkapkan pengalaman buruknya berada di penjara Israel.
Dilaporkan Anadolu Agency (18/5/2018), Ahed al-Tamimi, telah meminta para pembela hak asasi manusia untuk bersuara menentang agresi Israel terhadap perempuan Palestina.
Berbicara kepada Anadolu Agency, aktivis Palestina ini mengatakan wanita Palestina telah menanggung penderitaan bertahun-tahun yang disebabkan oleh tentara Israel, termasuk perlakuan Israel terhadap tahanan wanita.
“Ada wanita di Jalur Gaza yang juga dibombardir, yang tubuhnya telah dikeluarkan dari bawah reruntuhan. Di Palestina, kami selalu mengalami ini, kami selalu hidup dengan rasa sakit. Ketika seorang wanita dipukuli, saya langsung melihat ibu saya," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, dia menggarisbawahi bahwa mereka membutuhkan dukungan dari seluruh komunitas internasional, termasuk para pembela hak-hak perempuan.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR