Advertorial
Intisari-Online.com -Lima belas tahun lalu, tak lama setelah Hamas memenangkan pemilihan legislatif Palestina dan mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza, seorang pejabat senior Israel menjelaskanrencana Israel.
"Idenya," katanya saat itu, "adalah membuat orang Palestina melakukan diet, tetapi tidak membuat mereka mati kelaparan."
Meskipun Dov Weisglass hanyalah penasihat Ehud Olmert, perdana menteri saat itu, beberapa pengamat menganggap komentarnya lebih dari sekadar hiperbola,mereka yakin blokade benar-benar akan dilakukan oleh Israel.
Hingag kemudian pada 2012, sebuah bukti mengenai perwujudan nyata dari ucapanWeisglass benar-benar menjadi kenyataan.
Melalui sebuah upaya hukum yang alot selama tiga tahun oleh kelompokhak asasi manusia di negaranya sendiri, Israel tak bisa berkutik kala dokumen "Garis Merah" terungkap.
Dokumen yang berisi rencana pada 2008 tersebut menunjukkan bagaimana kementerian pertahanan Israel telah mengajukan proposal tentang bagaimana cara mereka memperlakukan Gaza yang telah dikuasai oleh Hamas.
Strategi halus nan mengerikan
Pelaksanaan dari apa yang ada di dalam dokumen "Garis Merah" ini sungguh sangat halus sekaligus mengerikan.
Bayangkan saja mereka menghitung jumlah kebutuhan kalori minimun yang dibutuhkan oleh 1,5 juta penduduk Gaza.
Dengan cara ini, mereka akan membatasi jumlah asupan kalori dari masyarakat Gaza, namun tetap menjaga mereka agar tidak malnutrisi.
Surat kabar liberalHaaretz pun akhirnya mengungkapkan cara mengerikan Israel untuk membatasi asupan kalori secara ekstreme demi "memastikan Gaza tidak kelaparan".
Tetapi, kenyataan di lapangan justru sangat berbeda setelah ditemukannya sebuah cetakan kecil mengenaisuplaikebutuhan yang diberikan.
Jika dalam sehari seorang warga Gaza membutuhkna 2.279 kalori (untuk menghindari kekurangan gizi), maka dibutuhkan 170 truk pengangkut kebutuhan dalam sehari.
Namun, faktanya, dengan sejumlah alasan, para pejabat militer Israel telah membuat jumlah truk yang mengangkut justru hanya sedikit.
Terhitung, dalam beberapa periode pengiriman, hanya ada 67 truk pengangkut yang dikirim. Jumlah yang bahkan tidak sampai setengah dari yang seharusnya.
Padahal, sebelum ada rencana "Garis Merah", jumlah truk yang memasuki Gaza bisa mencapai 400 dalam sehari.
Malnutrisi kronis
Hingga pada akhirnya, janji mengerikan Israel untuk menjaga rakyat Gaza tidak mengalami kelaparan pun menjelma menjadi malnutrisi kronis.
Gisha, organisasi yang memperjuangkan penerbitan dokumen tersebut, mengamati bahwa para pejabat Israel mengabaikan fakta bahwa blokade telah sangat merusak industri pertanian Gaza.
Produksi makanan turun dengan drastis setelah jumlah benih dan ayam yang dikirim menurun dengan sangat signifikan.
Bahkan, staf PBB juga telah mencatat bahwa Israel gagal memperhitungkan jumlah besar makanan dari pasokan 67 truk setiap hari yang tidak pernah benar-benar mencapai Gaza.
Itu karena pembatasan Israel di perbatasan telah menciptakan penundaan yang lama karena makanan diturunkan, diperiksa, dan kemudian dimasukkan ke truk baru. Banyak barang rusak saat diletakkan di bawah sinar matahari.
Dan di atas semua ini, Israel lebih lanjut menyesuaikan formula sehingga jumlah truk yang membawa gula miskin nutrisi menjadi dua kali lipat lebih banyak sementara truk yang membawa susu, buah dan sayuran sangat berkurang, terkadang hingga setengahnya.
Robert Turner, direktur operasi badan PBB untuk pengungsi Palestina di Jalur Gaza, telah mengamati: “Fakta-fakta di lapangan di Gaza menunjukkan bahwa impor makanan secara konsisten turun di bawah garis merah.”
Baca Juga: Iran, Hamas, dan Hizbullah Diberitakan Telah Bersama-sama Mengoordinasikan Pertempuran
Tidak perlu seorang ahli untuk menyimpulkan bahwa penerapan "diet" gaya Weisglass ini akan menyebabkan malnutrisi yang meluas, terutama di kalangan anak-anak. Dan itulah yang terjadi, seperti yang ditemukan laporan bocor dari Komite Internasional Palang Merah saat itu. “Kelangkaan gizi kronis terus meningkat dan kekurangan zat gizi mikro menjadi perhatian besar,” lapornya pada awal 2008.
Artikel ini ditulis oleh Jonathan Cook. Seorang jurnalis yang memenangkan Martha Gellhorn Special Prize for Journalism. Situs web barunya adalah www.jonathan-cook.net.
Baca Juga: 242 Orang Tewas di Jalur Gaza, PBB Siap Hukum Israel,Benjamin Netanyahu: Mereka Anti-Israel