Intisari-Online.com -Peran Joe Biden atau Presiden Amerika Serikat lainnya di antara konflik Israel-Palestina semakin jelas terlihat.
Ya, posisi Amerika Serikat, dalam hal ini presiden mereka semakin terungkap dalam konflik yang sudah berlangsung selama beberapa dekade tersebut.
Bukan sebagai penengah atau perantara Israel dan Palestina menuju perdamaian, Presiden AS justru lebih terlihat sebagai sebuah pemimpin perusahaan.
Bahkan, sebuah kebijakan terbaru yang dijanjikan oleh Joe Biden untuk rakyat Gaza semakin memperjelas posisi tersebut.
Seperti diketahui, konflik bersenjata antara Israel dan faksi Hamas di Jalur Gaza, Palestina akhirnya berakhir pada Jumat (21/5/2021).
Gencatan senjata antara kedua belah pihak yang saling serang selama 11 hari tersebut tercapai usai Mesir turun tangan.
Baik Hamas maupun Israel yang diwakili oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sama-sama menyepakati gencatan senjata.
Total sebanyak 244 orang harus meregang nyawa akibat konflik Hamas dan Israel yang berlangsung sejak Ramadhan hingga Idul Fitri tersebut.
Pihak Palestina paling banyak menderita dengan jumlah korban jiwa mencapai 232 orang, 65 orang di antaranya adalah anak-anak.
Sementara roket Hamas telah menewaskan 12 orang warga Israel dengan 2 orang di antaranya adalah anak-anak.
Kesepakatan antara Israel dan Hamas pun disambut dengan baik oleh Joe Biden bahkan sampai mengucapkan 'terima kasih yang tulus' kepada Mesir.
"Saya menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Presiden El Sisi dan para pejabat senior Mesir yang memainkan peran penting dalam diplomasi ini," ujar Biden di Gedung Putih, dikutip dari Xinhua.
Namun, hanya beberapa saat setelahapresiasi yang diucapkannya tersebut, Joe Biden malah segera memantik amarah warga dunia.
Joe Biden menyebut negaranya sudah bersiap untuk segera mengirim kembali sistem pertahanan udara Iron Dome ke Israel.
Hak Tel Aviv untuk mempertahankan diri dari serangan roket Hamas dijadikan dalih Joe Biden untuk melakukan pengiriman tersebut.
“Saya meyakinkannya tentang dukungan penuh saya untuk mengisi kembali sistem Iron Dome Israel untuk memastikan pertahanan dan keamanannya di masa depan,” tutur Biden, Kamis (20/5/2021), seperti dilansirkompas.com.
Bahkan, sebelum gencatan senjata disepakati antara Israel dan Hamas, Pemerintah AS sudah menyetujui penjualan senjata senilai Rp10,5 triliun ke Israel.
Kabar tentang rencana penjualan senjata senilai 735 juta dollar (Rp10,5 triliun) tersebut pertama kali dibocorkan olehWashington Post.
Rencana ini sendiri sebenarnya memang masih perlu mendapatkan persetujuan dari Kongres yang terhitung 15 hari sejak proposal diajukan pemerintah AS.
Hanya saja, dilansirRueters Selasa (18/5/2021), Kongres diyakini tidak akan memberikan hambatan apa pun untuk menyetujuinya.
Konsep pedagang atau bisnis dari Amerika Serikat dalam konflik Israel-Palestina semakin nyata setelah Joe Biden berjanji untuk mengambil kebijakan terbaru untuk Gaza.
Joe Biden berikrar negaranya akan segera memberikan bantuan kepada rakyat Gaza untuk kmebali membangun kembali wilayahnya yang hancur akibar serangan Israel.
Bantuan yang tak ubahnya sebuah programcorporate social responsibility(CSR) sebuah perusahaan.
Bayangkan: setelah menjual senjata yang kemudian menghancurkan Gaza, pemerintah AS kemudian membantu kembali membangun Gaza.
Ya, dia yang menjual penghancur, dia juga yang membantu membangun.
Bak membayar dampak dari bisnis senjata yang dilakukannya dengan Israel terhadap Gaza.