Intisari-online.com -Telah berperang sangat lama, tentara Israel dan militan Palestina atau Hamas memiliki strategi perang yang sama-sama keras dan menguntungkan.
Israel yang memiliki tentara resmi masih dilengkapi dengan bantuan alutsista serta senjata militer dari Amerika Serikat, sekutu terkuat mereka.
Pertahanan paling hebat adalah Iron Dome, sistem anti-rudal yang bisa menghalau roket-roket Hamas.
Namun jika menyerang Israel dari udara tidak berhasil, maka Hamas menggunakan strategi unggulan mereka: menyerang dari bawah tanah.
Baca Juga: Menguak Cara Kerja Terowongan Bawah Tanah Gaza yang Jadi Jalur Penyelundupan Senjata ke Tangan Hamas
Di bawah tanah kota Gaza, terbentang jalur terowongan besar mulai dari perbatasan dengan Mesir sampai pos perbatasan Israel.
Terowongan itu dipakai untuk menyelundupkan senjata dan menjadi tempat para prajurit menyiapkan serangan kejutan kepada tentara Israel.
Salah satu serangan terjadi pada Juni 2006.
Saat itu pasukan Hamas menyerang lewat terowongan bawah tanah dan muncul ke permukaan dekat dengan pagar perbatasan.
Tercatat ada 4 tentara Israel di sana, dan 2 tentara meninggal dan satu terluka.
Sementara satu lagi adalah Gilad Shalit, ia masih bernyawa saat kemudian diculik oleh para prajurit Hamas masuk ke dalam labirin terowongan di bawah kota Gaza.
Mengutip Guardian, kopral Shalit baru berumur 19 tahun saat ia ditangkap pada Juni 2006 oleh pasukan Hamas.
Ia menghilang ke dalam labirin di bawah kota Gaza.
Selanjutnya ia dibawa ke kamp pengungsian untuk ditahan selama 5 tahun dan 4 bulan.
Saat penahanannya, Hamas menolak permintaan dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) agar diperbolehkan mengunjungi Shalit.
Hamas beralasan kunjungan itu bisa membuat yang lain tahu lokasinya.
Banyak organisasi HAM mengkritik penahanan ini, mengklaim kondisi penahanan Shalit kontras dengan hukum kemanusiaan internasional.
Palang Merah menyatakan, "keluarga Shalit memiliki hak di bawah hukum kemanusiaan internasional untuk menghubungi anak mereka".
Komunikasi hanya terjadi di bulan-bulan awal dan itu pun terganggu karena melalui mediator tentara bawahan Hamas, Ghazi Hamad, yang diminta meyakinkan orang tua Shalit jika Shalit "hidup dan diperlakukan menurut hukum Islam sesuai tahanan perang, artinya ia mendapat perlindungan, makanan, dan pengobatan medis."
Israel berulang kali menuntut agar Shalit dibebaskan, untuk itu Hamas memiliki strategi hebat menukarnya dengan para tahanan warga Palestina.
Satu-satunya kontak Shalit dengan dunia luar setelah penangkapan dan sebelum ia dikeluarkan adalah tiga huruf, rekaman suara dan sebuah DVD.
Baca Juga: Unit Mesir Ini Lolos dari Kehancuran pada Tahun 1967 dengan Menyerang Israel di Semenanjung Sinai
Israel berhasil menerimanya setelah setuju melepaskan 20 tahanan wanita Palestina.
Hamas menculik Shalit dengan tujuan awal menuntut dilepaskannya semua tahanan wanita dan anak-anak di bawah umur Palestina.
Akhirnya, setelah ditahan 5 tahun dan 4 bulan, kesepakatan antara Hamas dan Israel tercapai.
Israel setuju melepaskan 1.027 tahanan Palestina untuk bisa memulangkan Shalit.
Dari 1027 tahanan Palestina tersebut beberapa adalah para terdakwa pembunuhan berlapis dan melakukan serangan terhadap warga sipil Israel, setidaknya menurut sumber pemerintah Israel.
Saat ia kembali, ia ditunggu orang tuanya dan ia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu saat itu.
Di pangkalan militer ia menjalankan tes medis dan ditemukan ia mengalami malnutrisi dan menderita kekurangan vitamin.
Saat itu meski hubungan Israel dengan Turki buruk, tapi Turki membantu Shalit bisa pulang kembali ke Israel.
Warga Israel sendiri aktif ikut memutuskan cara memulangkan Shalit.
Mengejutkannya, sebagian besar warga Israel setuju memulangkan Shalit dengan syarat dari Hamas, termasuk melepaskan lebih dari 1000 tahanan Palestina dan deportasi mereka di luar wilayah Otoritas Nasional Palestina.
Total 79% setuju atas syarat ini dan 14% tidak setuju dengan syarat dari Hamas.
Sebelum Shalit, tentara Israel pernah diculik lainnya adalah Nachshon Wachsman tahun 1994.
Ia ditangkap dan diculik oleh Hizbullah, menyebabkan penangkapan tentara IDF Ehud Goldwasser dan Eldad Regev ke Lebanon.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini