Intisari-Online.com – Klaim militer Israel bahwa mereka telah mengebom rumah pimpinan Hamas, dalam serangan udara di Jalur Gaza pada Minggu (16/5/2021)
Rumah pemimpin militan Palestina alias Hamas, yaitu Yahya Al-Sinwar, diklaim telah diledakkan bom oleh militer Israel dalam sebuah video.
Serangan udara yang dilakukan oleh Israel itu membuat dua warga Palestina meninggal dunia pada Minggu pagi.
Seberapa parah pengeboman yang dilakukan oleh militer Israel di rumah pemimpin Hamas itu?
Baca Juga: Unit Mesir Ini Lolos dari Kehancuran pada Tahun 1967 dengan Menyerang Israel di Semenanjung Sinai
Klaim yang disebutkan militer Israel bahwa mereka telah menyerang rumah Yahya Al-Sinwar dan saudaranya Muhammad Sinwar, sebagai kepala logistik dan tenaga kerja untuk Hamas.
Kedua tempat tinggal itu, diprediksi sebagai tempat infrastruktur militer Hamas.
Sebuah sumber lokal juga telah mengkonfirmasi kepada media bahwa rumah pemimpin Hamas telah dibom.
Namun, hingga kini belum ada laporan langsung tentang nasib kedua bersaudara itu.
Sementara, pertempuran yang kian memanas tersebut telah membuat banyak warga Palestina terpaksa mengungsi untuk melindungi diri.
Dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku telah berjanji untuk terus melakukan serangan roket.
Sementara itu banyak komunitas internasional telah menyerukan untuk mengakhiri konflik.
Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) bahkan mengadakan pertemuan untuk membahas konflik tersebut.
Dalam menanggapi konflik tersebut, bahkan Presiden AS Joe Biden juga telah menelepon Presiden kedua negara yang tengah berseteru.
Menurut kementerian kesehatan yang dikendalikan Hamas, sedikitnya 141 orang telah tewas di Gaza sejak pertempuran dimulai pada Senin (10/5/2021).
Yang memprihatinkan, di antara korban tewas tersebut termasuk 39 anak-anak dan 22 wanita.
Israel sendiri mengklaim lusinan tentaranya telah tewas akibat pertempuran ini.
"Sepuluh orang, termasuk dua anak, tewas akibat serangan militan di Israel," kata pejabat Israel, dikutip dari BBC.
Gejolak kekerasan selama enam hari terakhir ini meningkatkan ketegangan Israel-Palestina di Yerusalem Timur.
Konflik ini memuncak sejak bentrokan yang terjadi di Masjid Al-Aqsa, sebuah masjid suci yang dihormati oleh Muslim dan Yahudi.
Hamas yang menguasai Gaza kemudian mulai menembakkan roket setelah memperingatkan Israel untuk menarik diri dari masjid tersebut.
Perayaan Idul Fitri di Gaza Mencekam
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Jalur Gaza, Muhammad Husein menceritakan situasi terkini perayaan Idul Fitri di tengah konflik Israel dan Palestina.
Menurut Husein, tidak ada sama sekali nuansa Lebaran dan keceriaan di Jalur Gaza.
Situasi yang ada, kata Husein, justru mencekam dan menjadi suram.
"Saat ini memang berbeda, mencekam dan tidak ada sama sekali terasa nuansa lebaran dan keceriaan."
"Semua berubah menjadi suram dan sangat pekat dengan penderitaan," kata Husein, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Jumat (14/5/2021).
Menurut Husein, dalam situasi normal, perayaan Idul Fitri di Jalur Gaza sama seperti di Indonesia.
Masyarakatnya akan saling bersilaturahmi, mengunjungi kerabat hingga melakukan rekreasi.
"Hari normal warga Gaza ya seperti di Indonesia, bersilaturahmi, mengunjungi kerabat."
"Mengunjungi makam keluarga yang sudah meninggal dan berekreasi ke pantai," ungkap Husein.
Sayangnya, cerita Husein, jumlah korban jiwa akibat konflik Israel-Palestina ini semakin bertambah.
Data terbaru menyebutkan sudah ada 112 warga Palestina yang meninggal dunia akibat pertempuran ini.
Dan dari antara korban tersebut terdapat 30 anak-anak dan 16 orang wanita.
"Sejauh ini jumlah korban jiwa dari warga palestina sudah menyentuh angka 112 jiwa, 30 di antaranya anak-anak dan 16 wanita, korban luka mencapai 620 lebih."
"Kemungkinan masih akan bertambah karena sampai detik ini serangan udara israel masih terus terjadi."
"(Serangan) menyasar pemukiman warga, anak-anak hingga warga sipil," ungkap Husein.
Husein mengatakan, serangan darat sudah mulai dilancarkan oleh tentara Israel di wilayah utara Gaza.
Imbasnya, ratusan warga setempat terpaksa mengungsi karena nyawa mereka mulai terancam.
"Sejak tadi malam tank-tank baja sudah sangat intens melakukan serangan di Gaza bagian timur."
"Akibatnya ratusan warga Gaza di wilayah utara terpaksa mengungsi karena tempat mereka tinggal sudah tidak aman lagi dan mereka terancam kondisinya," ujar Husein.
Hingga detik ini, jumlah korban yang terdampak paling parah berada di Gaza bagian utara.
Rumah sakit yang dibangun oleh umat Islam Indonesia di utara Gaza, menurut Husein, sangat membantu para korban.
Karena rumah sakit terebut menjadi rujukan utama warga Palestina yang terkena dampak serangan dari tentara Israel.
Sementara, Husein juga menceritakan bahwa informasi yang diperoleh dari rekannya yang berada di dekat rumah sakit, situasi di tempat itu juga sama mencekamnya.
Banyak orang, bahkan hingga puluhan orang, datang dalam keadaan terluka, dan di antaranya akhirnya meninggal dunia.
"Banyak sekali korban meninggal dunia yang sampai di rumah sakit," ungkap Husein. (Tribunnews.com/Maliana)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari