Intisari-Online.com - Apalagi ketika AS dipimpin oleh Donald Trump, Washington bahkan mengakui bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Sontak pernyataan Trump tersebut mendapat kecaman dunia internasional.
Lantas mengapa AS memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Israel?
Seorang analis Timur Tengah di Israel Policy Forum Michael Koplow mengatakan kepada Business Insider bahwa kedekatan AS dengan Israel sangat terikat dengan dua faktor.
Faktor pertama adalah pertukaran data intelijen sedangkan faktor kedua adalah "persamaan ideologi".
Intelijen dan pengetahuan Israel tentang urusan Timur Tengah tak tertandingi oleh negara mana pun di dunia dan hal itu menguntungkan AS dalam segala hal.
Selama beberapa dekade, analis intelijen menganggap Unit 8200 Israel merupakan salah satu unit intelijen yang paling elit di dunia.
Fungsi unit ini mirip dengan Badan Keamanan Nasional AS, dan keduanya bekerja sama secara erat sebagaimana dilansir Business Insider.
Pada 2010, misalnya, AS dan Israel berkolaborasi dalam salah satu malware paling canggih yang pernah dibuat dan dinamakan Stuxnet.
Malware tersebut mampu menyusup ke infrastruktur siber Iran dan memperlambat kemajuan senjata nuklirnya tanpa perlu menyerbu Iran dengan pasukan berskala besar.
Dalam sistem pertahanan rudal juga, AS dan Israel telah bekerja sama untuk mengembangkan beberapa sistem pertahanan yang paling efektif.
Namun, tidak seperti sekutu AS lainnya seperti NATO dan di kawasan Pasifik, AS tidak memiliki pasukan yang berbasis di wilayah Israel.
Melansir Vox, konflik Israel-Palestina bermula dari bangsa Yahudi yang ingin mendirikan negara Israel dan bangsa Palestina yang ingin mendirikan negara Palestina.
Keduanya ingin mendirikan negara di wilayah yang sama sehingga muncul konflik.
Amerika Serikat dan kebanyakan negara-negara Barat tidak mengakui Palestina sebagai negara karena lebih mendukung Israel.
Melansir Institute for Policy Studies, ada hubungan erat antara Amerika Serikat dan Israel.
(*)