Di Australia, kemarahan publik memaksa pemerintah secara efektif untuk meninggalkan pilar kebijakan luar negeri yang telah berusia puluhan tahun dengan secara tegas melawan Jakarta.
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan, serikat buruh memblokir bandara dan ratusan keluarga berkumpul di luar kantor John Howard.
Pada 13 September 1999r, dia tunduk pada tekanan publik dan mengumumkan Australia akan memimpin pasukan penjaga perdamaian internasional, Australia memiliki prioritas baru.
"Tanggung jawab kami adalah membantu orang-orang yang menderita di Timor Timur dan juga memikirkan terlebih dahulu betapa pentingnya hubungan antara kedua negara kami," katanya.
"Kami memiliki masa depan bersama karena sejarah, geografi, dan keadaan telah menjadikan kami selamanya sebagai bagian dari dunia ini dan kami harus mencoba dan membuatnya berhasil," jelasnya.
Bagi para pendukung Timor Leste , perubahan haluan dalam kebijakan resmi dalam beberapa hari ini sangat mencengangkan.
"Kami tidak dapat mempercayainya, apa yang kami serukan menjadi kebijakan pemerintah," kata James Wolf, pendukung lama Timor Leste yang tinggal di Sydney.
"Pertama kami mengatakan 'mengakui pemungutan suara' dan mereka melakukannya," katany.
"Kemudian kami menuntut mereka mengevakuasi pengungsi Dili, semuanya 2.000 dari mereka, dan mereka melakukannya," jelasnya.
Kemudian hal besar seperti mengkirim pasukan, dilakukan Australia. Australia telah bergerak lebih banyak.
Pasukan Interfet berusaha untuk mengambil kendali di Timor Leste beroperasi di bawah pembatasan perjanjian Mei 1999.
Source | : | Irish Times,The Guardian |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR