Logikanya, Amerika dan Australia lebih dari sekedar menyetujui invasi Indonesia ke Timor Timur pada 1975.
Mereka memberikan lampu hijau, sesaat sebelum operasi tersebut diluncurkan.
Presiden Gerald Ford dan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger berada di Jakarta dan memberikan persetujuan diam-diam atas invasi tersebut.
Pesan yang sama datang dari Australia, Perdana Menteri Partai Buruh Gough Whitlam, dalam kunjungannya ke Jakarta lima bulan setelah kudeta di Lisbon.
Mengatakan kepada Presiden Suharto bahwa hasil terbaik bagi Timor Leste adalah menjadikannya bagian dari Indonesia.
Jakarta tidak membutuhkan dorongan lebih lanjut.
Pada tahun-tahun berikutnya, Indonesia tetap menjadi sekutu penting Perang Dingin AS di Asia Tenggara dan dipandang penting bagi stabilitas kawasan setelah kekalahan Vietnam.
AS menjual senjata ke Jakarta dengan muatan kapal dan militer Indonesia senang melihat dirinya tumbuh menjadi kekuatan regional yang paling kuat, meskipun belum teruji, di luar China.
Bagi Australia yang berorientasi Barat, hubungan baik dengan Jakarta merupakan landasan kebijakan luar negeri selama beberapa dekade.
Source | : | Irish Times,The Guardian |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR