Bahkan, dilansir dari situr resmi Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kerajaan Gowa menjadi pusat perekonomian para pedagang baik domestik, maupun pedagang asing.
Kerajaan Gowa sebagai produsen rempah pun terlibat konflik kepentingan dengan VOC, sebagai pelaku monopoli rempah di kawasan timur Hindia.
Dalam buku Awal Mula Muslim di Bali (2019) karya Bagenda Ali, latar belakang Perjanjian Bongaya karena perang besar-besaran yang terjadi antara Kerajaan Gowa melawan VOC.
Perlawanan Kerajaan Gowa menghadapi Belanda mencapai puncak masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, putera Sultan Muhammad Said dan cucu Sultan Alaudin pada 1653-1669 Masehi.
Pada saat itu, selain menghadapi Belanda, Sultan Hasanuddin juga menghadapi perlawanan Aru Palakka dari Soppeng-Bone pada tahun 1660 Masehi.
Dengan kondisi tersebut, akhirnya Kerajaan Gowa tidak mampu lagi menghadapi pasukan Belanda yang dilengkapi dengan persenjataan canggih dan tambahan pasukan dari Batavia.
Dalam upaya keras mempersiapkan pasukan dan strategi, Sultan Hasanuddin pun terpaksa menandatangani perjanjian di daerah Bongaya.
Perjanjian Bongaya ditandatangani pada 18 November 1667 Masehi di daerah Bongaya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR