Pada gilirannya reputasi monster pun dimilikya dan membuatnya menjadi ratu bajak laut yang memikat dan menakutkan sepanjang sejarah.
Suksesi yang tak tertandingi setelah kematian suami pertamanya menunjukkan bahwa dia memiliki kapasitas untuk berkuasa.
Sayyida mempelopori aliansi yang mendorong umat Islam untuk bersatu melawan kolonisasi Eropa di Maroko.
Sementara orang Eropa melihat Sayyida dan para perompak sebagai tidak lebih dari pencuri dan pembunuh, Ottoman memandang mereka sebagai "pejuang kemerdekaan yang berdiri di garis depan."
Sayyida adalah pemimpin bajak laut yang tak terbantahkan di Mediterania Barat.
Namun, seperti pada umunya seorang penguasa, Sayyida pun tak lepas dari gelimangan uang dan permainan politik.
Kebesaran namanya pun harus tumbang ditangan menantu laki-lakinya sendiri yang melakukan kudeta pada 1542.
Sejak saat itu, Sayyida kembali ke kampung halamannya di Chefchaouen hingga meninggal dengan tenang pada 1561.
Bagaimanapun, sepak terjang kehidupan Sayyida membuatnya menjadi penguasa perempuan Islam terakhir yang memiliki gelar "al-Hurra," yang berarti wanita berdaulat dan menjadi pahlawan Maroko.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR