Intisari-online.com -Bekerja di luar negeri menawarkan banyak daya tarik yang cukup tinggi.
Hal itu juga dianggap sebagai sesuatu yang cukup bergengsi.
Itulah sebabnya minat pekerja Indonesia terbilang tinggi untuk bekerja di luar negeri.
Namun di tahun ini, minat ini tidak setinggi sebelumnya.
Rupanya hal ini berkaitan dengan ketidakpastian yang muncul akibat pandemi Covid-19.
Dilansir dari hasil survei oleh platform penyedia informasi lowongan pekerjaan, Job Street, yang bersama Boston Consulting Group (BCG) dan The Network, keadaan sudah berubah pasca dunia terdampak pandemi Covid-19.
Mereka melakukan jajak pendapat secara global termasuk pada 33.084 responden di Indonesia.
Didapatkan jika terdapat penurunan dalam presentase masyarakat Indonesia yang ingin bekerja di luar negeri.
Saat ini, hanya 46% dari responden yang ingin bekerja di luar negeri.
Faktanya, tren penurunan memang terus terjadi beberapa tahun belakangan.
Hal ini bisa dilihat dari hasil survey serupa yang digelar pada 2014 lalu, hanya menunjukkan minat sebesar 76%.
Sedangkan jajak pendapat pada tahun 2018 hanya menunjukkan minat di angka 51%.
Ramesh Rajandran, Chief Marketing Officer, SEEK Asia yang hadir sebagai salah satu pembicara mengatakan perubahan ini disebabkan ketidakpastian yang terjadi akibat pandemi saat ini.
"Kebijakan larangan bepergian yang belum pasti kapan berakhir, kekhawatiran tidak mudah untuk bisa kembali pulang dan kecemasan lainnya menjadi faktor utamanya," terangnya.
Di sisi lain, perubahan ini bisa berdampak positif pada dunia kerja dan perekonomian dalam negeri.
Tenaga kerja potensial yang bertahan di negeri sendiri tentunya bisa meningkatkan perekonomian dalam negeri.
Sementara itu, mereka juga bisa membagikan ilmu dengan lingkungan sekitar melalui interaksi sehingga mampu meningkatkan skill SDM di Indonesia.
Sebaliknya, pekerja Indonesia menunjukkan minat yang cukup tinggi untuk bekerja secara jarak jauh untuk berbagai perusahaan asing.
Sekitar 55% responden menyatakan siap bekerja secara remote.
Perusahaan asal Australia, Jepang dan Singapura menjadi tiga besar yang paling diidamkan pekerja asal Indonesia.
Tren ini selaras dengan perubahan yang terjadi di dunia kerja secara global.
Kebanyakan pekerja sekarang lebih berniat bekerja dari negeri sendiri meskipun secara remote.
Selama pandemi, dunia kerja terpaksa melakukan penyesuaian dengan menerapkan sistem Work From Home (WFH).
Jika selama ini pekerjaan dilakukan secara tatap muka di kantor, sekarang bergantung dengan koneksi internet.
Berbagai rapat dan kebutuhan pekerjaan digelar secara virtual dan daring.
Hasilnya sendiri tidak terlalu buruk karena banyak yang sudah berhasil beradaptasi.
Hal ini kemudian membuat banyak perusahaan menyadari potensi untuk melakuan perekrutan lebih luas.
Sistem pekerjaan jarak jauh memperluas pilihan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai, tanpa dibatasi wilayah lagi.
Baca Juga: Bos Microsoft Malah Sebut WFH Bikin Rugi, Rapat Virtual Hanya Transaksional
Faridah Lim, Country Manager, JobStreet Indonesia menerangkan pihaknya terus berusaha memahami perubahan tren yang terjadi di dunia kerja.
Beberapa diantaranya yakni dengan menggelar kursus online dan virtual career fair.
"Tujuannya agar bisa menjembatani kebutuhan perusahaan dan tenaga kerja, JobStreet ingin menjadi lebih dari sekedar job portal dan menjadi partner karier kini dan nanti bagi masyarakat Indonesia," ujarnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini