Intisari-online.com -Indonesia tengah was-was menanti kabar KRI Nanggala 402 yang sejak Rabu sore lalu hilang kontak.
Pakar menyebutkan hilangnya salah satu dari lima kapal selam Indonesia itu akan berdampak mengerikan pada sistem pengamanan laut Indonesia.
Padahal banyak yang menyebutkan pengamanan laut Indonesia sudah memiliki "celah rawan".
Khairul Fahmi, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), mengatakan jumlah kapal selam yang dimiliki Indonesia sangatlah kurang.
Menurutnya, jumlah ideal kapal selam Indonesia mencapai 12 kapal selam.
Hal ini mengingat betapa luas laut Indonesia.
Sementara itu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan berniat berinvestasi lebih besar di bidang alutsista mahal.
Namun Prabowo bersikeras mencari alutsista yang "tidak memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan."
Padahal anggaran Kemenhan jauh lebih banyak digelontorkan di program-program selain pengadaan alutsista, seperti dikatakan para peneliti.
Dari angka ideal 12, Indonesia saat ini hanya memiliki 5 kapal selam dan dua di antaranya terbilang tua.
Kecelakaan kapal TNI yang sudah uzur
Ternyata sudah ada tiga kecelakaan yang melibatkan kapal TNI tua selama tiga tahun terakhir.
Menurut Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, KRI Nanggala sendiri masih dalam keadaan baik dan telah menerima surat kelaikan sebelum dipakai berlatih.
Padahal kapal tersebut dibangun 44 tahun silam di Jerman.
Yudo juga mengklaim kapal sudah dipakai beberapa kali untuk menembakkan torpedo.
"Jadi KRI Nanggala dalam keadaan siap tempur sehingga kita kirim, libatkan, untuk latihan..." kata Yudo dalam konferensi pers Kamis (22/04).
Kapal juga tercatat sudah dirawat atau di-docking di PT PAL, sehingga dianggap "masih sangat layak".
Tapi disebutkan oleh pendiri dan peneliti Research and Operations on Technology & Society (ROOTS), Riefqi Muna, peristiwa ini seharusnya menjadikan Indonesia lebih ketat menggunakan alutsista usia uzur.
"Dalam 10 tahun terakhir ini, ada kasus-kasus yang berkaitan dengan alutsista yang sudah tua dan berisiko kecelakaan, hilangnya prajurit TNI. Perlu ada safety rule yang strict demi kehati-hatian," kata Rieqfy.
Memang kecelakaan yang libatkan kapal selam baru pertama kali terjadi.
Namun sebelumnya sudah terjadi kecelakaan kapal AL yang sudah tua.
Tahun kemarin saja ada kapal perang TNI AL KRI Teluk Jakarta-541 yang tenggelam.
Kapal itu tenggelam di perairan arah timur laut Pulau Kangean, Jawa Timur.
Kapal KRI Teluk Jakarta-541 sendiri sudah berusia 41 tahun saat tenggelam.
Beruntung semua penumpang selamat dalam kecelakaan ini.
Tiga tahun yang lalu tepatnya tahun 2018, terjadi insiden kebakaran dan tenggelamnya KRI Pulau Rencong di perairan Sorong, Papua Barat.
Kapal itu sendiri merupakan kapal buatan 1979.
Beruntung semua penumpang selamat.
Fahmi kemudian mengatakan Indonesia perlu 12 kapal selam.
"Perairan kita luas. Ada tiga alur laut yang harus dijaga dan sebagian di antaranya merupakan perairan yang dalam. Artinya, kita tidak bisa hanya mengandalkan patroli permukaan. Padahal kawasan kita ini juga ramai kegiatan di bawah permukaan," ujar Khairul.
"Secara kekuatan kalau dibandingkan dengan negara-negara tetangga memang bisa dibilang tangguh. Tapi dari segi kemampuan, menangkal ancaman, dan penegakan keamanan, armada kita masih jauh dari cukup.
Pada awal tahun ini, misalnya, diberitakan bahwa ditemukan kendaraan nirawak bawah laut (unmanned underwater vehicle-UUV) atau seaglider di teritorial Indonesia yang menurut pengamat militer merupakan bentuk gangguan terhadap kedaulatan wilayah Indonesia.
"Dan kapal selam dalam jumlah yang cukup, akan lebih mampu menghadirkan efek deterrentyang signifikan bagi keamanan dan kedaulatan di laut.
"Persoalannya, anggaran kita belum bisa menjawab kebutuhan itu," tambahnya.
Menhan Prabowo sendiri dalam kesempatannya konferensi pers mengatakan pengadaan alutsista itu terbilang mahal.
"Alutsista di bidang pertahanan memang cukup mahal, bahkan bisa saya katakan sangat mahal.
"Karena itu pimpinan negara selalu dihadapkan dengan dilema harus mengutamakan pembangunan kesejahteraan, tapi menjaga kemampuan pertahanan supaya kedaulatan kita tidak diganggu," kata Prabowo.
Dikatakannya banyak alutsista yang karena "terpaksa dan memilih pembangunan kesejahteraan" belum bisa dimodernisasi dengan cepat.
Namun, Prabowo sudah menyusun rencana induk 25 tahun guna membenahi urusan pertahanan.
"Tapi intinya memang, kita akan investasi lebih besar tanpa memengaruhi usaha pembangunan kesejahteraan. Kita sedang merumuskan pengelolaan pengadaan alutsista untuk lebih tertib, lebih efisien," kata Prabowo.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini