Penulis
Intisari-online.com -Natuna adalah kepulauan yang terdiri dari 272 pulau terletak di antara Sumatra dan Kalimantan.
Secara administratif Natuna termasuk wilayah dari Provinsi Kepulauan Riau.
Natuna menjadi titik sangat strategis bagi wilayah Indonesia, karena menjadi pintu masuk ke Laut China Selatan.
Natuna adalah kunci strategi TNI untuk memperkuat pasukan pertahanan Indonesia.
Marsekal TNI juga merayakan bertugasnya kapal perang KRI Alugoro-405 di dermaga Selat Lampa, dan menunjuk Letnan Kolonel Ahmad Noer Taufik sebagai komandan pertamanya Selasa kemarin.
Ia juga menyaksikan vaksinasi 558 personil militer dan polisi yang ditugaskan menjaga perairan dan kepulauan Natuna.
Sekarang kapal apapun yang nekat masuk tanpa izin disana bakal sangat serius konsekuensinya.
Maka dari itu memperkuat otot bagi tentara republik segala lini sangat perlu.
Jika kita kembali menenggok berita-berita pelanggaran batas wilayah kedaulatan Republik Indonesia aspek laut di tahun 2005, pastilah muncul kata kunci 'Ambalat'.
Ya, Ambalat ialah Blok laut (bukan pulau) seluas 15.235 kilometer persegi yang terletak di Laut Sulawesi atau Selat Makassar.
Wilayah ini berada di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah dan Kalimantan Timur.
Berbagai pelanggaran teritorial laut sering terjadi di Ambalat pada tahun 2005.
Pelanggaran sering dilakukan oleh TLDM (AL Malaysia).
Diperkirakan mereka sudah 35 kali 'slonong boy' masuk tanpa permisi ke wilayah laut milik Indonesia.
Insiden paling menegangkan terjadi pada 8 April 2005.
Saat itu KRI Tedong Naga milik TNI AL menyerempet kapal Diraja Rencong TLDM karena ketahuan melanggar batas laut wilayah Indonesia.
Tensi ketegangan kedua negara meningkat setelah kejadian itu.
Bahkan, Panglima TNI sampai harus menerbitkan Surat Keputusan menyikapi insiden tersebut.
Panglima TNI menyatakan TNI AL hanya boleh melepaskan tembakan jika Malaysia lebih dulu menembak mereka.
Pelanggaran wilayah juga terjadi kembali hingga tahun-tahun berikutnya yang dilakukan oleh TLDM.
Pada Juli 2017 misalnya, TLDM mengganggu pembangunan mercusuar Karang Unarang.
Surat protes dianggap sudah tak mempan lagi untuk memperingatkan militer Malaysia akan 'kebandelannya'.
Diperlukan upaya nyata untuk mencegah hal serupa terjadi di masa mendatang.
Menyikapi hal ini, TNI AL mulai berbenah diri, armada laut diperkuat.
Sadar bahwa diplomasi tidak bisa hanya dengan mulut, maka Indonesia membeli Rudal anti kapal dari Rusia P-800 Oniks 'Yakhont' yang didatangkan pada tahun 2010.
Diketahui hanya Vietnam, India, Suriah dan Indonesia yang memilikinya.
Jangkauan Yakhont pun sangat jauh, yaitu bisa terbang menghantam target sejauh 300 km dari tempatnya diluncurkan.
Rudal ini bersifat fire & forget, yakni jika sudah ditembakkan rudal akan mencari sasarannya sendiri dan kapal bisa langsung cabut dari lokasi.
Kecepatan rudal ini pun supersonik (2 mach) 2 kali lebih cepat dari suara.
Uji coba rudal ini pun pernah dilakukan oleh TNI AL pada Oktober 2012 yang lalu.
Yakhont sukses diluncurkan dari KRI Oswald Siahaan dan menghantam target Eks KRI LST Teluk Berau yang telah dipensiunkan sampai tenggelam.
Terbukti dengan hadirnya Yakhont di inventori senjata, TNI AL mampu membuat panik dan keder Malaysia.
Tercatat pelanggaran batas wilayah laut di Ambalat turun drastis akibat penguatan Armada TNI AL termasuk datangnya Yakhont.
Sekarang perkuatan seluruh Matra TNI sedang berjalan melalui program Minimum Essensial Force (MEF) yang sudah menginjak tahap kedua menuju tahap ketiga.
Jadi, sekarang jangan coba-coba ganggu atau melanggar teritori laut Indonesia jika tak mau disengat Yakhont.(Seto Aji/Sosok.ID)
Source: Sosok.ID