Intisari-online.com - Baru-baru ini ada sebuah rekaman yang menunjukkan pesawat tempur Amerika F-18 melintas di atas Natuna.
Hal itu membuat gempar karena pesawat Amerika tersebut terlihat bermanuver di atas wilayah Indonesia.
Pesawat itu adalah jenis F-18 Hornet yang ditengarai melintasi Natuna, Kepulauan Riau, Selasa 6/4/2021.
"Saat ini TNI AU sedang mendalami kejadian tersebut dengan pihak terkait," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang Buldhansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (7/4/2021).
Indan menjelaskan pesawat tempur tersebut diketahui telah melintasi wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Ia mengatakan, pesawat tersebut berada di atas floating, production, storage and off loading Vessel (FPSO) Kakap Natuna yang dioperasikan perusahaan minyak Indonesia.
Tepatnya, sekitar 169 mil di sebelah barat dari Kepulauan Natuna.
Ia memastikan bahwa pesawat tak memasuki wilayah teritorial Indonesia, hanya melintasi ZEE Indonesia.
Walaupun begitu, TNI AU tetap melakukan pendalaman atas peristiwa tersebut.
"Atas kejadian tersebut, disampaikan bahwa pesawat melintas di luar wilayah teritorial Republik Indonesia," kata dia.
Sementara itu, F-18 merupakan salah satu pesawat dengan teknologi canggih di dunia, dalam pertempuran udara.
Melalui program dengan nama MQ-25 Stingray, yang memasuki percobaan pada tahun 2020-an dengan membawa teknologi generasi terbaru.
Teknologi baru ini dirancang untuk menyediakan bahan bakar yang sangat dibutuhkan oleh Navy Seal AS.
Dengan demikian akan memungkinkan penggunaan yang lebih baik dengan memperluas jangkauan pesawat tempur.
"Program ini diharapkan akan menjalani uji terbang pada 2021 dan mencapai kemampuan operasional awal pada 2024," kata Jamie Cosgrove, juru bicara Komando Navy, kepada Warrior Maven.
Sebagai pertimbangan, pesawat tak berawak ini adalah jawaban atas beberapa anacaman yang dilakukan AS beberapa waktu lalu.
Dengan kemampuan ini diharapkan akan membuat F-18 atau F-35 C menjadi lebih berbahaya yang memperluas operasi serangan secara ofensif.
Semantara itu, operator bisa beroperasi di jarak yang mungkin lebih aman dan tidak dalam jangkauan musuh.
Jika saat ini mungkin musuh memiliki radius jarak tempur mencapai 1.609 Km jauh di laut atau bahkan lebih.
Namun potensi tempur lebih berbahaya dimiliki oleh pesawat tak berawak ini, dengan daya jelajah yang lebih luas tanpa takut di kekurangan bahan bakar.
Dikatakan jika jarak serangan F-18 mungkin hanya dalam radius 804 Km saja, namun dengan rekayasa pengisian bahan bakar memungkinkan untuk pesat ini lebih mendekat lagi.
Hal itulah yang akan membuat serangan F-18 dan F-35 C semakin berbahaya dan memiliki kemampuan tempur jarak dekat, sebab operatornya berada jauh dari pesawat.
Kehadiran pesawat tak berawak memang cukup meresahkan dan menjadi ancaman kapal induk China.
Meskipuan secara umum Rudal China DF-21D dan DF-26 anti-kapal mampu menghancurkan target sejauh 1448 Km, pesawat tak berawak justru bisa mendekat dengan operator yang berada jauh dari pesawat.
Selain itu, Angkatan Laut dengan cepat mengembangkan senjata pertahanan berbasis kapal,aplikasi peperangan elektronik, laser dan teknologi yang mampu mengidentifikasi dan menghancurkan mendekati rudal jelajah anti-kapal.